Hanna, ketua osis dari kelas 10 sampai 11. Ternyata posisinya tak merubah, meskipun saat ini ia sudah kelas 12. Gadis itu tersenyum miris, karena persetujuannya dengan kepsek harus berakhir berstatus pacaran. Hanna harus menerima memiliki seorang pacar yang tidak punya akhlak. Lambat laun pun, ia semakin malas dan ingin putus. Tapi seakan ia tidak bisa keluar dari kenyataan, bahwa hal itu mustahil. Masalah berjumbun mengitari gadis itu, bahkan kedua orang tua yang sudah lama bertinggal terpisah membuat Hanna semakin terpuruk. Mungkin bebannya selama ini tak ada yang tau, Hanna terlalu menyepelekan semua. Ia rasa cerdas dan menjadi murid teladan cukup membuatnya bangga. Tanpa meribetkan masalah yang hanya membuat tetesan air mata kembali keluar.
🐤
"Kalau bukan ini sekolah milik bokapnya. Udah gue buang dia ke sabang sam-"
"Gue?" Lelaki dengan sorot mata tajam berdiri tepat didepannya. Melipat tangan dengan bersedekap tersenyum smrik ke arah Hanna.
"Gak usah sok sokan mau buang gue. Lo pacar yang gak ada akhlak aja." Lanjutnya.
Hanna berdiri bersedekap dada. "Buang gue, biar gue gak usah urus lo lagi. Muak lihat muka sok ganteng lo-"
"Ralat omongan lo, atau gue buang beneran."
"Buang aja, justru tenaga gue jauh lebih-" Ucapan Hanna dipotong lagi membuat tangan Hanna mengepal.
"Lembek. Lo gak usah macam-macam Han sama gue."
"Lo itu-"
"Apa?"
"ELANG STOP MOTONG UCAPAN GUE!"
🐤
Selamat baca. Jangan lupa vote sebelum membaca dan komen.⚠️