[TAMAT]
Danis mahasiswa akhir yang menjalani kehidupan secara monoton hidup bersama segudang tugas yang membuat ia pusing setengah mati, di penghujung akhir ia menjadi seorang mahasiswa, Tuhan mempertemukan ia bersama seorang gadis cantik dengan senyum yang menawan juga aura positif yang terpancar pada dirinya, Danis yang selalu uring-uringan dengan setumpuk tugas serta rasa ingin menyerah dengan mimpinya kembali semangat karena pengaruh dari gadis itu.
Awalnya Danis hanya mengira gadis itu adalah gadis ceroboh yang ia temui dan juga merepotkan, Danis tak mau berurusan dengan orang asing, ia sangat tidak suka berinteraksi, terlebih gadis ini sangat cerewet, ia selalu berceloteh apapun yang membuat kepalanya pusing, apa gadis ini tak tahu jika setumpuk tugas saja sudah membuatnya ingin mati? Astaga. Danis benar-benar menghindari gadis itu, namun gadis itu tetap memintanya untuk mengikuti kemauannya, dengan alasan karena Danis sudah menolongnya, klasik memang, Danis berusaha keras untuk tetap menolaknya.
Namun gagal, pesona gadis itu berhasil menarik perhatian Danis, terlebih perkataan positifnya yang membuat Danis semangat untuk meraih semua mimpi-mimpinya demi masa depannya yang cemerlang, Danis ingin selalu berada di dekat gadis itu agar ia selalu semangat dan menjalani hari-harinya dengan positif,
Tetapi ia tak menyadari bahwa, di dalam hatinya ia telah mencintai gadis itu, gadis ceroboh yang ia temui di halte, Danis menyangkal itu bukanlah cinta melainkan hanya rasa kagum belaka, ia terus-menerus menyangkal perasaan itu, sampai akhirnya menyesal.
Penyesalan yang ia alami tak merubah apapun, terlebih waktu, tentu waktu terus berjalan tanpa memperdulikan siapa yang tersakiti disana dan siapa yang menyianyiakannya, ia melintas dengan cepat, yang mempu mengendalikannya adalah diri kita sendiri. Kita tidak bisa menyia-nyiakan waktu sedetikpun, terlebih untuk orang yang kita sayangi.
"Ayah!" ujar gadis kecil dipelukan Danu.
"Aku sayang, Ayah!" ucapnya lagi, dan kali ini Danu benar-benar terharu. Baru kali ini ia dipanggil dengan sebutan Ayah di umurnya yang hampir kepala tiga.
Danu mempercepat langkahnya menuju puskesmas terdekat, mengingat gadis itu sudah banyak kehabisan darah, lemas. Saat tiba di depan gedung putih dengan papan nama 'Puskesmas' yang terpasang di bangunan itu, gadis kecil tersebut tidak sadarkan diri lagi hingga ditangani oleh Dokter yang datang dari kota.
"Apa anda ayahnya?" tanya sang Dokter usai memeriksa keadaan gadis malang itu.
"Hm, a--aku... Aku bukan ayahnya ataupun keluarganya." jawab Danu.
"Keponakan saya menemukannya di hutan saat kami mencari kayu bakar!" sambungnya takut dikira penculik apalagi pembunuh oleh orang lain, sungguh ia tak sekejam itu.
"Oh, baiklah ikut ke ruangan saya!"
Dokter menjelaskan bahwa gadis yang ia temukan itu sekarang sudah membaik, ia sangat bersyukur Danu membawanya tepat waktu kalau tidak mungkin nyawanya sudah melayang.
____
"Aku Arin, namamu siapa?" tanya keponakan Danu pada gadis yang baru pertama kali ia bawa berkeliling semenjak gadis itu dirawat.
Gadis itu hanya terdiam, karena sudah lama menunggu uluran tangannya diterima Arin segera menurunkannya. Gadis itu nampak bingung, yang ia ingat hanyalah ayah. Padahal yang ia panggil ayah bukanlah ayahnya, sungguh prihatin.
"Erwinda, namamu Erwinda." ucap Danu membuat semua tercengang, termasuk Dani adiknya.
"Istrimu, itukan nama istrimu," ujar Arum adik iparnya itu.
"Ya, kurasa nama itu cocok untuknya!" senyum kini terlukis di wajah Danu, sebelumnya hanya ekspresi datar yang ia tunjukkan setelah kepergian Erwinda istrinya.
Gadis Itupun ikut tersenyum, sepertinya ia menyukai nama yang diberikan kepadanya.