Ketika sebuah ketakutan, menjadi kekuatan.
----
Kita dipertemukan dan diperkenalkan oleh keadaan, dan kamu selalu menolongku, seolah takdir mengatakan jika kita akan terus bersama.
Sebelum mengenalmu, aku sudah manggung beban yang berat karena rasa takut dan rasa bersalahku sendiri yang selalu menjadi-jadi. Dan kini? Berapa banyak lagi kenyataan pahit yang harus aku terima?
Bertemu denganmu bagiku adalah anugerah, tetapi bagaimana jika aku malah berada di dalam kekacauan masa lalu yang hingga kini belum mampu aku tata rapi. Apakah aku sanggup kehilangan anugerah itu?
Mari ikuti kisah mereka berdua dengan segala kepahitan yang ada.
"makasi ya kak, walaupun lo cuek, tapi lo selalu bantu gue. dan maaf buat luka yang lo dapet dari abang gue waktu itu" -Azallea Dwista Abyantara.
"gue emang gasuka diusik, tapi entah kenapa saat ngeliat lo ketakutan kayak gitu, hidup gue seakan ketarik kedalam dunia lo." -Rafa Triatmadja.
Bagaimana akhir kisah mereka? Menerima fakta dan saling menyembuhkan satu sama lain, atau malah enggan bersatu dan saling melupakan?
----
Jangan lupa follow, vote dan komen sebagai tanda kalian mengahargai authornya.
Hanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens.
"Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gue, rotinya yang enak banget atau emang gara - gara dari orang special?" Mahes bertanya sambil menatap tepat pada mata Aira.
"Eh.. Tuan mau?" Aira mengerjapkan matanya.
"Mau, gue mau semuanya!" Mahes merebut bungkusan roti yang masih berisi banyak, kemudian langsung membawanya pergi. Aira reflek mengejar Mahes.
"Tuan kok dibawa semua? Aira kan baru makan sedikit," Aira menatap Mahes dengan raut memelas.
"Mulai perhitungan ya lo sekarang sama gue."
"Enggak kok, tapi kan rotinya enak, Aira masih mau lagi," Aira berkata dengan takut-takut.
"Ga boleh!" Mahes langsung melangkahkan kakinya ke arah tangga menuju kamarnya. Aira langsung cemberut menatap punggung Mahes yang mulai jauh.
Cerita dengan konflik ringan