Dynamic high school merupakan sekolah swasta ternama di Jakarta, sekitar 30% murid yang bersekolah disini selalu di terima oleh perguruan tinggi ternama seperti UI, UGM dan lain lain lewat jalur SNMPTN, dan sekitar 50% muridnya diterima di perguruan tinggi jalur sbmptn, 10% berkuliah di luar negeri, sedangkan 10% sisanya bekerja, tidak melanjutkan sekolah, atau di terima di perguruan tinggi yang kurang ternama. Sekolah dengan kualifikasi penerimaan murid yang ketat, sekitar 15000 calon murid mendaftar setiap tahunnya. SMA satu satunya yang tidak menerapkan sistem zonasi di Indonesia. Sekolah dengan prestasi tinggi baik dalam negeri maupun luar negeri. Jika bersekolah disini maka murid akan mendapatkan fasilitas seperti kolam renang, lapangan basket indoor maupun outdoor, aula besar, ruang musik terpisah sesuai genre musik yang diinginkan,ruang senam,ruang dance, ruang seni, 3 perpustakaan, ruang rekaman,ruang spa,5 UKS, lapangan outdoor yang luas,6 kantin, laboratorium,salon kecantikan,free WiFi 24 jam, ruang teknologi,museum sendiri,kelas yang luas,serta taman yang luas,sungguh sekolah impian.
Tapi sayangnya sekolah ini tidak sebagus kelihatannya. Sekolah ini menerapkan sistem pembelajaran mengerikan, dimana rangking tidak di umumkan per kelas melainkan per angkatan, sistem poin yang membuat murid tertekan, diskriminasi terhadap murid miskin dan kurang pintar, nilai KKM 85 sejak kelas 10, dan akan naik setiap jenjang kelasnya, dan perlakuan spesial terhadap murid kaya dan berprestasi.
Lantas apakah Alleta, gadis yang berhasil bersekolah di sana,yang tidak memiliki prestasi apapun, rangking 287 dari 292 siswa, mengubah sistem yang telah di gunakan sekolah tersebut selama lebih dari 25 tahun?
"Karena lo anak haram."
Selby merasa dunianya runtuh dan jungkir balik dalam satu malam. Tiba-tiba orang asing berpakaian mewah datang dan mengaku sebagai Papa. Wajahnya datar, minim ekspresi, terlihat menakutkan dan mengintimidasi.
Ia kira kehidupan baru akan membawakan napas segar untuknya, Selby kira keluarga ini akan lebih baik memperlakukan dia daripada Ibu yang setiap hari memukulinya.
Namun ternyata, dia justru dicemooh lebih dari apa yang pernah dibayangkan. Ia ditinggalkan lebih kejam daripada Ibu yang membiarkannya kelaparan sepanjang malam.