
Semilir angin menyibakkan rambut hitam legam milik Difa. Sesekali ia seka air mata yang kini mulai membasahi pipinya. Kabar yang ia tunggu sejak kemarin sudah ada di layar ponselnya. Namun, nyatanya tidak sesuai yang ia harapkan. Salahkah dirinya menanyakan kabar pada Kekasihnya sendiri? Fikri, dia berubah. Sejak 1 minggu yang lalu, ia selalu menghindar dari Difa. Padahal dirinya dan Fikri satu sekolah. Walau, jarak kelas mereka terpaut jauh. Tetapi, setiap Difa berpapasan dengan pacarnya, dia tak pernah sedikit pun menoleh. Rasa sakit terus terasa dalam hati Difa. Apakah sudah ada hati yang lain? Difa terus menutup wajahnya, mencoba menghilangkan jejak sakit hatinya. Air mata tak henti menetes. Hingga didengarnya langkah kaki yang kian mendekat. Difa Segera menghapus air matanya. Walaupun ia tahu, mata merahnya tak bisa dihilangkan. "Lo kenapa Dif?" tanya Adit, Adit memerhatikan Diffa lalu bertanya "Lo nangis? Kenapa? Sama siapa?" Tak ada balasan malah suara isakan yang terdengar semakin lama semakin kencangAll Rights Reserved
1 part