SEDANG DIREVISI. JIKA ADA KESALAHPAHAMAN, HARAP DIMAKLUMI!! :)
Mulai revisi 17 Mei 2021.
JANGAN LUPA FOLLOW SEBELUM BACA!!
Happy reading🦋
_________________________________________
"Mengapa harapanku berbeda? Kukira semuanya akan baik-baik saja, tapi nyatanya tidak ada kisah tanpa masalah."
~Calista Queen Tanwijaya.
"Semua yang kulakukan murni rasa kemanusiaan, tidak ada perasaan cinta di sana."
~Gerald Ivander Arsenio.
_________________________________________
"Hai, gadis cantik, bersiaplah karena aku akan menumpahkan air mata dan darahmu," gumam seseorang dari pojok sana.
_________________________________________
Bersekolah di sekolah yang cukup terkenal di ibukota, membuat gadis cantik itu bertemu dengan seorang laki-laki bernama Gerald Ivander Arsenio.
Anak pemilik sekolah, siapa yang tidak mengenalnya? Tampan pahatan, tajir melintir, serta ketua ekskul futsal di sekolah itu. Namun sifatnya dingin, tidak tersentuh, pemaksa, dan suka seenaknya.
Baginya, 'apa itu pacaran?'
Tetapi, dengan Calista ...
"Gue mau lo jadi pacar gue, dan gue gak nerima penolakan!"
Ada apa dengan Gerald? Mengapa kalimat itu dapat keluar dari mulutnya?
"Gak, pokoknya gak mau!!" tolak Calista. Ia ingin pergi meninggalkan Gerald, namun sialnya pintu rooftop dikunci oleh laki-laki itu.
Satu kalimat yang menggambarkan Gerald, 'GUE GAK SUKA PENOLAKAN!'.
_________________________________________
Ada apa nichh? Konspirasi kah? Atau sekedar kutipan di klimaks konflik?
Hayoolohh, jangan terkecoh, ya!! Haha.
Yuk, langsung baca prolognya!!
Highest Rank :
#1 Teenagers (14 Mei 2021)
#1 Gerald (23 Juni 2021)
Hai👋
Makasih sudah mau mampir🤗
Jangan lupa tinggalin jejak dengan ⭐ dan 💬, ya!!
Follow sosmed aku, ada di bio!!
Terimakasih ❤️
Kaesar Morvayn Leonard, pemuda yang dikenal sebagai pemimpin geng Morvaylus, hidup dalam kekacauan dan pemberontakan. Namun, hidupnya berubah ketika ibunya mengungkap rahasia tentang ayah kandung yang selama ini tidak pernah ia kenal.
"Ibu akan menikah lagi. Keluarga calon suami Ibu... mereka tidak menerima masa lalu Ibu yang memiliki anak," ucap Marcia dengan suara serak.
"Kae, kamu harus menemui ayahmu. Kamu tidak bisa tinggal di sini lagi."
Terpaksa meninggalkan rumah, Kae memulai perjalanan untuk menghadapi masa lalu dan mencari jawaban, sambil melawan kemarahan dan rasa hampa yang membelenggunya.