Bagai disambar petir di tengah hari, ketika Widia mendengar pernyataan Mas Irwan kekasihnya untuk Mengakhiri hubungan cinta mereka yang sudah lima tahun dibina. Dengan alasan ekonominya belum stabil dan dia harus membiayai adik -adiknya sekolah sehingga belum siap untuk membina rumah tangga dalam waktu dekat. Widia tidak mampu berkata sepatah kata pun detak jantungnya bergetar tanpa irama dan pandangan matanya terasa berkunang-kunang. Keringat dingin mulai membasahi tubuhnya. Padahal kedua orang tua Widia sudah mendesak agar dia segera berumah tangga. konsekuensinya Widia harus rela menerima jodoh pilihan ayah. Sungguh berat rasanya menikah dengan orang yang tidak dicinta namun apa daya Widia harus menerimanya, walaupun dengan setengah hati. Akhirnya pernikahan tetap berlangsung Widia berusaha untuk menerima semua kenyataan. Dan berusaha tabah menghadapi apa yang terjadi. Lagi pula sekarang sudah tak ada lagi yang ditunggunya. Sekali lagi Widia dikejutkan ketika mendengar pernyataan suaminya yang tidak diduga. "Wanita yang ku cinta , bukan kamu Widia", suara mas Surya lirih. "Aku hanya memenuhi keinginan orang tua ku", lanjut mas Surya sambil berlalu. Hati Widia sangat hancur, kecewa dan terluka, sungguh dia tak menyangka mas Surya tega berbicara seperti itu. Apakah Widia akan mengakhiri pernikahan ini? Atau kah mencoba lari dari kenyataan? Ah...bukan kah dia sendiri hanya menerima jodoh ini dengan setengah hati. Semua pertanyaan ini tak mampu dijawabnya.