Setelah sampai, Cia didudukkan dikursi lalu diikat dengan tali. Mulutnya ditutup oleh lakban. Ya! Cia disandera oleh Fahri dan Rachel. Ternyata mereka sudah merencanakan ini semua dengan mulus tanpa menimbulkan rasa curiga. Beberapa lama kemudian, Cia terbangun dan terkejut melihat tubuhnya yang tidak berdaya. Rachel melepas penutup mulut Cia dan membiarkan Cia berbicara. "Ahhh!" Cia meringis kesakitan saat lakban hitam yang melekat di multnya dicabut oleh Rachel. "Haha! Welkam to my world Cia!" sambut Rachel dengan tertawa jahat. "Lho? Fahri? Lo ngapain di sini?" tanya Cia panik. "Aku 'kan ingin bersamamu di sini, Sayang." Fahri menyentuh dagu Cia dengan lembut. "Ish apaan sih lo! Jangan sentuh gue!" decak Cia. "Mau marah? Marah aja! Gak ada yang denger lo di sini. Karena kita bawa lo jauh dari Jakarta dan hanya ada Gue dan Rachel," tutur Fahri. "Lo tega Ri! Lo temen kecil gue, tapi kenapa lo jahat sama gue!" hardik Cia dengan meneteskan air mata. "Temen? Dari dulu lo selalu anggep gue temen, Cia! Tanpa lo sadar gue dari dulu suka sama lo tapi nyatanya? Lo tetap menganggap gue komodo (teman baikmu)?" Fahri menatap Cia dengan sinis. "Gue nyesel pernah kenal sama lo!" sahut Cia dengan mata yang melotot. "Lo salah! Justru gue yang akan bikin lo menyesal karna nolak gue, Cia! Hahaha," bisik Fahri sambil mencium pipi Cia dengan penuh birahi. "GUE JIJIK SAMA LO! ANJING!" Cia tidak tahan melihat sikap Fahri yang kurang ajar terhadapnya. "Diem lo!" bentak Rachel sambil menampar Cia. "Ah, sakit!" lirih Cia lalu menangis sejadi-jadinya. "Ini belum seberapa dengan sikap lo selama ini ke gue Cia," cicit Fahri membela Rachel.