laki-laki itu masih sama. duduk termangu di sebuah etalase toko roti yang kini sudah tutup. dia mengenakkan pakaian yang terlihat mahal. begitu necis; dan agaknya terlalu terbuka. jauh berbeda dari bocah laki-laki pada siang hari yang nampak ignoran pada dunia, bocah itu kini terlihat begitu dewasa. wajahnya berpulas make-up, dan bibirnya berpoles gincu yang tidak berlebihan; namun cukup membuat wajahnya bersinar. alih-alih seperti makhluk penyendiri yang tidak peduli terhadap dunia; jimin melihatnya seperti entitas yang mampu kalau mau, ia bisa membuat dunia jatuh terduduk di hadapannya, dan seluruh semesta memohon untuk menjilat tiap bekas telapak kakinya.
1 part