Januari 2004. Menjadi titik balik kehidupan Fana Aurelia seorang gadis kecil yang berusia lima tahun. sosok yang ia banggakan di depan teman-teman sebayanya selama ini nyatanya tak lebih dari pada seorang bajingan. mungkin jika ada kata yang lebih menjijikan daripada itu maka ia akan menyebutnya sebagai panggilan untuk sosok yang selama ini ia panggil Ayah itu. Keluarga yang selama ini penuh tawa lain dengan pagi ini semua itu seakan lenyap tergantikan dengan air mata. barang-barang yang tadinya tersusun rapi sekarang tak tau bentuk berserakan dimana-mana. berantakan, hancur. Untuk pertama kalinya Fana membenci seseorang dengan sangat. tak ada kata yang yang bisa menggambarkan bagaimana perasaannya saat ini. Fana hanya seorang gadis kecil yang tak tau apa-apa. Fana kehilangan sosok terhebatnya. Fana kehilangan tempat bersandarnya, Fana kehilangan rumahnya. Fana kehilangan semuanya. Tak ada seorang anak pun di dunia ini yang mau berada di posisinya saat ini. Suara teriakan bersautan di dalam bangunan yang selama ini ia sebut rumah. Dua orang dewasa itu tetap kekeh dengan teriakan masing-masing seakan tak perduli di ruangan itu ada dua nyawa lain yang memperhatikan mereka dengan tatapan luka penuh air mata. "ma, pa udah" lirih gadis kecil itu dengan air mata yang masih saja mengalir deras di pipinya.All Rights Reserved
1 part