Sela, mahasiswi baru dengan ekonomi super mepet. Bapaknya sering pontang-panting cari uang agar Sela bisa tetap kuliah. Hal itu yang membuat Sela sadar diri, dan memilih tinggal di kosan neraka pinggir ledeng.
Tempatnya sempit, pemiliknya medit.
Air dibatasi, listrik dibatasi, semua serba dibatasi. Pemiliknya super medit, anak-anaknya rumit, cucunya nakal kaya demit.
Sela makin kurus mikir tugas kuliah, sekaligus mikirin nasib hidupnya di kosan neraka. Untung ada sahabat yang senasib dan sepenanggungan dengannya, semua jadi lebih ringan. Apalagi sudah seminggu Mas Dika-anak Ibu Kos, pulang dari magangnya di luar Kota. Jelas hal ini bisa jadi penyegar untuk anak kos.
"Pokoknya ga ada yang boleh bawa cowok ke kosan ini!!" Ceuk Odah bekacak pinggang sambil melotot. "Ingat kalau sampe ada yang bawa cowok ke sini, tak potong burung cowok itu."
Kira-kira bagaimana nasib Sela selama di kosan neraka? Bahagia, atau malah sengsara?
[CHAPTER MASIH LENGKAP, EXTRA CHAPTER TERSEDIA DI KARYAKARSA]
Sembari menunggu jadwal wisuda, Sabrina memutuskan menerima tawaran bekerja sementara di Event Planner startup milik seniornya di kampus.
Tentu saja, dia nggak berharap banyak.
Berurusan tiap hari dengan Bang Zane yang menyebalkan itu, siapa juga yang betah?
Sayangnya ... pandemi berkata lain.
Jika rencananya paling lama hanya bekerja selama tiga bulan, sekarang dia bukan saja harus mengulur-ulur durasi menjadi bawahan sang bos kampret, tapi juga jadi salah satu teman karantinanya ... entah sampai kapan.
PS. For better experience, baca WRONGFUL ENCOUNTER dulu