19 parts Complete Ardika dan Amira adalah dua orang yang bertemu di antara kebetulan-kebetulan kecil-sebuah kertas yang terbuang, sebuah sapaan sederhana di taman kampus. Tidak ada yang tahu bahwa pertemuan itu akan membawa mereka pada kisah yang lebih panjang dari sekadar percakapan ringan di bangku taman.
Sampai Ardika akhirnya mengerti. Bahwa cinta tidak diukur dari seberapa lama seseorang tinggal, tapi dari bagaimana ia tetap hidup, bahkan setelah senja pergi.
...
Di persimpangan jalan, Ardika berhenti. Menatap langit yang bersih tanpa awan, hanya bintang-bintang yang berkelip kecil, seolah mengamati langkahnya dari jauh.
Ia tersenyum, lalu menutup matanya perlahan.
"Cinta itu tidak menunggu untuk dimiliki," bisiknya kepada malam. "Ia hanya ingin dirayakan, meski pada akhirnya ia harus pergi."
Sejenak ia diam, membiarkan hatinya yang bicara.
"Aku menulis namamu di antara bintang-bintang,
supaya aku tahu ke mana harus menatap ketika rindu.
Aku bisikkan namamu kepada angin,
supaya ia membawanya ke mana pun aku pergi.
Aku simpan suaramu dalam detak jantungku,
supaya aku bisa mendengarmu.
Dan aku akan selalu mencintaimu,
seperti angin mencintai laut,
seperti malam mencintai bintang,
tanpa perlu bertanya kapan harus berhenti,
bahkan Selepas Senja Pergi."