Berabad lalu dengan penuh kesedihan sosok yang telah mengamban tugas tertangguh seorang manusia tengah sekarat memanggil satu kali, dua kali, tiga kali, dan pergi.
Sedangkan di belahan bumi lain dan di waktu yang berabad jauhnya seorang pria berusia empat puluhan memarkirkan kendaraannya di depan sebuah rumah. Ia tak percaya ada ketulusan cinta dan kasih sayang Tuhan dalam kisah hidupnya. Maka ia mengetuk lembut pintu rumah seorang budak nafsu yang serakah. Sayangnya budak itu adalah sahabatnya. Jiwa dan nuraninya bersiap untuk berpisah. Mata dua sahabat bertemu. Sepasang mata dalam ketidakberdayaan, dan lainnya menyalang kebencian. Dalam hati menghitung mundur, tiga, dua, satu.
Seorang anak yang baru bisa berhitung satu sampai tiga, Restya, tak akan pernah menyangka, tiga hitungan di abad yang berbeda itulah yang membuatnya dan empat anak di masa lain, Ben, Arjun, Lia, dan Ciara paham mengapa mereka terlahir di waktu yang itu.
Collaboration with @Alunamoona
Marcel merupakan seorang pemuda yang berjiwa bebas. Terlahir dari keluarga kaya tak menjadikan Marcel sebagai anak yang sombong. Bahkan Marcel terkadang menjelajahi suatu tempat di mana para anak kalangan bawah bermain.
Saat itu, Marcel pergi ke sungai untuk memancing bersama teman-temannya. Akan tetapi, bukan ikan yang menancap pada mata kailnya, namun sesuatu yang mampu mengubah seluruh hidupnya. Sebab, ketika Marcel membuka mata, dia tahu bahwa ajalnya akan segera tiba. Itu karena dia bertransmigrasi menjadi kakak laki-laki protagonis yang jahat, yaitu sebagai Hael de Asenath, di mana karakter itu diceritakan mati di awal novel.
Lantas, bagaimana caranya Marcel bertahan hidup sebagai Hael yang jahat? Haruskah dia menarik hati adik laki-lakinya? Yah, itu juga karena adiknya ternyata adalah anak yang menggemaskan!
Don't copy
Sumber pict : pinterest