"Gue mau lo jadi pacar gue. Pacar pura-pura," ujar Morgan to the point, sudah tak ada lagi sorot mata sendu yang sebelumnya cowok itu hujamkan ke Hayi, mata itu kembali tajam, membuat Hayi merasa dia sedang dipaksa saat ini.
"Lo gak bakal bisa nolak karena gosip pasti udah nyebar." Dan Hayi hanya bisa menghela napasnya, popularitas Morgan memang bukan main, seharusnya Hayi sadar itu.
"Kenapa lo terkesan memaksa? Gue bahkan gak ada bilang setuju!" Hayi akhirnya angkat bicara, sangat tidak adil jika dia diseret masuk dengan keadaan tidak tahu apa-apa.
"Ngapain lo datengin gue tadi? Itu salah lo juga." Lihatlah sekarang Morgan menyalahkannya? Di mana letak kesalahannya?
"Gue datengin lo cuma mau wawancara karena lo salah satu anak berprestasi di SMA Pengubah Bangsa!" Hayi mulai sedikit marah, dia kesal dengan wajah songong Morgan yang seolah menumpukan semuanya ke bahu Hayi.
"Gue gak mau tahu, lo harus jadi pacar pura-pura gue."
"Gue gak mau!" tolak Hayi mentah-mentah, kini gadis itu menyambar minumannya yang baru saja tiba di mejanya.
"Lo harus mau karena ini akan menjadi hubungan simbiosis mutualisme." Morgan menegakkan tubuhnya. "Lo jadi pacar gue dan gue akan dengan senang hati lo wawancara."