Derap langkah perlahan terdengar dari luar, menyusun irama dengan kecepatan yang sama. Rasanya suara itu semakin dekat, benar saja dia berhenti tepat di sampingku. Dengan lembut bibirnya mulai mengeluarkan suara. "May, aku di sini ...," Tangan hangatnya tiba-tiba menguatkan pundakku, "kau masih ingat denganku?" "K-kau." Benik mataku seketika berkaca-kaca. Rasanya ingin kutumpahkan tangisan ini, tapi sepertinya itu sia-sia. "Kau masih mengingatku, 'kan?" tanyanya sekali lagi. "Maaf, aku harus pergi." Terpintas sebuah ingatan di mana orang-orang yang kusayangi kini 'lah pergi, karena sebuah teka-teki yang sulit untuk dipahami.