Story cover for Kak Gitar(Cool boy) by Frisilya0804
Kak Gitar(Cool boy)
  • WpView
    Reads 7
  • WpVote
    Votes 2
  • WpPart
    Parts 2
  • WpView
    Reads 7
  • WpVote
    Votes 2
  • WpPart
    Parts 2
Ongoing, First published Nov 27, 2020
Hidup Gitar yg Diisi dengan Irama yg membawa kesejukan dikala sepi, seketika Hancur krna  seorang gadis yg bernama Melody yg datang ke dalam hidupnya tanpa permisi dan merubuhkan tembok-tembok yg dia bangun selama bertahun-tahun membuat hidupnya yg tenang terganggu karna kehadirannya 




"bisa gk lu gk usah deketin gua? Ganggu tau gk!" ucap Gitar Ketus lalu melangkah pergi dari situ


"Kak gitar tau gk? yg susah itu bukan menghafal kan kunci gitar, tapi meluluhkan hati kak gitar" Ucap Melody dalam hati





pencinta musik yuk mampir akan ad bnyk Lagu" yg akan Gitar Nyanyiin dan mampu membuat kita oleng
All Rights Reserved
Sign up to add Kak Gitar(Cool boy) to your library and receive updates
or
#317anakmuda
Content Guidelines
You may also like
Petikan Lingga by alergi_alergy
12 parts Complete
Suara petikan gitar mengisi ruangan kecil itu, menggema lembut di antara dinding-dinding kosong. Lingga duduk bersila di lantai, memeluk gitar akustiknya seperti seorang sahabat lama yang selalu setia mendengar. Tangannya bergerak perlahan, memainkan melodi yang sederhana namun penuh makna. Mata Lingga terpejam, seakan mencari ketenangan di antara setiap nada yang ia mainkan. Hari itu, matahari menyelinap masuk melalui celah-celah jendela. Langit berwarna jingga keemasan, tanda bahwa senja sudah mulai memeluk hari. Lingga tahu bahwa waktu terus berjalan, namun ia merasa seolah detik-detik itu melambat saat ia tenggelam dalam musiknya. Di sudut ruangan, terletak sebuah foto kecil yang berdiri di atas meja kayu. Foto itu adalah potret dirinya bersama Nalendra-tertawa bersama di sebuah taman dengan cahaya matahari menerpa wajah mereka. Lingga melirik foto itu sejenak, senyumnya muncul tapi dengan berat, seakan ada sesuatu yang tertahan. Petikannya terhenti. Lingga menarik napas dalam-dalam, lalu menundukkan kepala, memandangi gitar di pangkuannya. "Len... gue nggak tahu kenapa gue selalu mainin lagu ini setiap kali gue mikirin lo," gumamnya lirih. Ia mengusap wajahnya, mencoba menahan air mata yang mulai menggenang di matanya. Hening. Hanya ada suara angin yang meniup lembut tirai jendela. Lingga kembali menyandarkan punggungnya ke dinding, mencoba mengingat saat-saat ia dan Nalendra duduk bersama di tempat ini. Gitar yang kini di tangannya pernah dimainkan oleh Nalendra, bahkan melodi yang ia mainkan barusan adalah lagu yang sering mereka nyanyikan bersama. "Mungkin lo bener, Len," bisiknya pelan. "Hidup ini nggak selalu soal yang sempurna, tapi soal belajar menerima." Lingga tersenyum kecil, meskipun hatinya masih terasa berat.
GREY NO MORE | RAMI X HARUTO ( TAMAT ) by kaariinaabluu
42 parts Complete
Tak ada yang benar-benar tahu ke mana hidup akan membawa kita. Kadang, pertemuan paling sederhana justru menyimpan kisah paling rumit dan mendalam. Begitu pula dengan Dipta. Ia tidak sedang mencari cinta, bahkan tidak pernah terpikir untuk menjemputnya. Dunia Dipta adalah ruang sunyi yang dipenuhi melodi-nada-nada yang ia rangkai sendiri dalam diam, dalam sepi yang sudah lama menjadi sahabat. Hingga suatu hari, hidup mempertemukannya dengan Aksa-seseorang yang datang dengan tawa hangat dan gitar tua di punggung. Dari persahabatan itulah, sebuah pintu baru terbuka. Pintu menuju sosok yang tak pernah ia sangka akan mengubah segalanya: Clarissa. Clarissa... adik perempuan Aksa. Gadis yang suaranya seperti musim semi yang menyusup ke musim hujan dalam hati Dipta. Tenang, tulus, dan tanpa sadar... menumbuhkan sesuatu. Mereka dipertemukan oleh musik. Bukan kebetulan, tapi seolah semesta memang mengatur agar dua jiwa ini bertaut dalam nada yang sama. Namun, cinta bukan hanya soal bertemu. Ada jarak yang harus dijembatani, ada luka masa lalu yang perlu dimengerti, dan ada batas-batas tak kasatmata yang tak mudah diterabas-terutama saat rasa itu tumbuh pada seseorang yang seharusnya hanya menjadi "adik sahabat". Dan begitulah, kisah ini dimulai. Dengan satu pertemuan, satu melodi, dan satu perasaan yang perlahan tumbuh tanpa janji. Di antara irama yang tak selalu merdu, mereka belajar bahwa cinta sejati tak selalu datang dengan riuh, melainkan dengan tenang... namun menghujam. Karena kadang, cinta tak muncul dari pandangan pertama. Ia tumbuh dari kebersamaan yang sederhana, dari suara yang saling melengkapi, dan dari keberanian untuk mencintai... meski harus melawan rasa bersalah. Dan bagi Dipta, mungkin... Clarissa adalah lagu yang selama ini ia cari.
You may also like
Slide 1 of 9
Petikan Lingga cover
Melody ✓ cover
Irama Takdir cover
Bukan Musim Dingin [END] cover
GAARA 【End】 cover
Melody, Terimakasih cover
Boyfriend  cover
Lingkaran Kos Ong [END] cover
GREY NO MORE | RAMI X HARUTO ( TAMAT ) cover

Petikan Lingga

12 parts Complete

Suara petikan gitar mengisi ruangan kecil itu, menggema lembut di antara dinding-dinding kosong. Lingga duduk bersila di lantai, memeluk gitar akustiknya seperti seorang sahabat lama yang selalu setia mendengar. Tangannya bergerak perlahan, memainkan melodi yang sederhana namun penuh makna. Mata Lingga terpejam, seakan mencari ketenangan di antara setiap nada yang ia mainkan. Hari itu, matahari menyelinap masuk melalui celah-celah jendela. Langit berwarna jingga keemasan, tanda bahwa senja sudah mulai memeluk hari. Lingga tahu bahwa waktu terus berjalan, namun ia merasa seolah detik-detik itu melambat saat ia tenggelam dalam musiknya. Di sudut ruangan, terletak sebuah foto kecil yang berdiri di atas meja kayu. Foto itu adalah potret dirinya bersama Nalendra-tertawa bersama di sebuah taman dengan cahaya matahari menerpa wajah mereka. Lingga melirik foto itu sejenak, senyumnya muncul tapi dengan berat, seakan ada sesuatu yang tertahan. Petikannya terhenti. Lingga menarik napas dalam-dalam, lalu menundukkan kepala, memandangi gitar di pangkuannya. "Len... gue nggak tahu kenapa gue selalu mainin lagu ini setiap kali gue mikirin lo," gumamnya lirih. Ia mengusap wajahnya, mencoba menahan air mata yang mulai menggenang di matanya. Hening. Hanya ada suara angin yang meniup lembut tirai jendela. Lingga kembali menyandarkan punggungnya ke dinding, mencoba mengingat saat-saat ia dan Nalendra duduk bersama di tempat ini. Gitar yang kini di tangannya pernah dimainkan oleh Nalendra, bahkan melodi yang ia mainkan barusan adalah lagu yang sering mereka nyanyikan bersama. "Mungkin lo bener, Len," bisiknya pelan. "Hidup ini nggak selalu soal yang sempurna, tapi soal belajar menerima." Lingga tersenyum kecil, meskipun hatinya masih terasa berat.