Semuanya duduk di ruang tamu. Tak ada yang berani berkata ketika Kyai Rahmat sudah berbicara. Hening. Malam hari yang sangat bergejolak. Aidah duduk di hadapan Umi dan Abinya. Kepalanya tertunduk tak berani memandang kedua orang tuanya. Sedangkan, Aisyah (kakak Aidah) duduk di samping Aidah sambil menenangkan Aidah yang sedang kalut.
"Aidah juga tidak tahu, Bi," jawab Aidah terisak dengan kedua tangan yang mengepal dan gemetar.
"Tidak tahu bagaimana?! Jelas-jelas ini dua garis biru, Aidah! Kamu ini muslimah! Kerudung panjang! Bercadar pula! Anak yang punya pesantren! Lalu sekarang kamu hamil di luar nikah dan kamu bilang tidak tahu apa-apa?! Jangan bohong kamu!" teriak Kyai yang semakin menjadi.
"Abi, beri Aidah kesempatan untuk menjelaskan," tambah Aisyah.
"Apa yang harus dijelaskan kalau sudah dua garis biru begini? Sudahlah. Sekarang, kamu bereskan semua barang-barangmu dan angkat kaki dari rumah ini. Kamu sudah bukan anak Abi lagi," ucap Kyai yang berdiri dari tempai duduknya dan berjalan lesu masuk ke kamarnya.
Ya. Ini adalah kisah Aidah. Seorang muslimah yang sangat menjaga kehormatan dan keislamannya. Tapi, Allah memberikannya ujian berat. Ia hamil tanpa seorang suami di sampingnya. Apakah Aidah benar-benar sudah berkata jujur dengan abinya?
Jika iya, apa yang sebenarnya terjadi dengan Aidah?
Simak ceritanya dalam, "Jatuhnya Catatan Malaikat Rakib."