Wei WuXian or Xiao Zhan?
  • Reads 122
  • Votes 16
  • Parts 1
  • Reads 122
  • Votes 16
  • Parts 1
Ongoing, First published Dec 06, 2020
Warning⚠️

[Semua karakter, nama tempat dll dimiliki oleh pencipta novel MDZS. Saya hanya meminjamnya]

[Cover diambil dari pinterest]


Sial sial sial! Xiao Zhan sibuk merutuki nasib sialnya! sebelum mengalami kejadian ini, Xiao Zhan sibuk membaca novel berjudul Mo Dao Zu Shi karena seorang teman memberikannya. Ia bernama Wang Yibo. Xiao Zhan larut dalam cerita hingga tiba tiba semua berubah!

Xiao Zhan masuk ke dalam novel!

Dengan baju tidur berwarna putih bermotif kelinci kecil dan novel di genggamannya, ia tiba di depan gerbang salah satu sekte terkenal, Gusu Lan! tanpa alas kaki dan memakai headphone berwarna pink bertelinga kelinci.

Terlebih lagi ia di sangka oleh seluruh penghuni di sekte Gusu Lan sebagai Wei WuXian, sang protagonis menganut ajaran iblis!

Baiklah. Xiao Zhan hanya bisa meratapi nasibnya dan mengutuk siapapun yang memindahkannya ke dalam novel.

Tapi tunggu... kenapa pemuda berwajah tampan sedatar dinding dengan pita di dahinya itu mirip sekali dengan temannya, Wang Yibo?

Apa apaan ini!!! (╯°□°)╯︵ ┻━┻
All Rights Reserved
Sign up to add Wei WuXian or Xiao Zhan? to your library and receive updates
or
#891xiaozhan
Content Guidelines
You may also like
You may also like
Slide 1 of 10
Dosa Ku cover
Kisah Tak Sempurna cover
Rafa  cover
He Fell First and She Never Fell? cover
𝐒oerabaja, 1730 cover
Stars Behind the Darkness (End) cover
Fiction -sungjake✔ cover
After Graduation cover
Second Best [ RONY X SALMA ] cover
Kesayangan Bunda cover

Dosa Ku

55 parts Ongoing

Liu Qiaqio, Permaisuri Dinasti Jin, telah menyerahkan hati, jiwa, dan raganya untuk sang kaisar. Dia mencintainya dengan sepenuh hati hingga merasa lelah, tetapi sang kaisar yang dingin hanya memiliki mata untuk satu orang, dan orang itu bukanlah dirinya. Kehangatan di mata kaisar saat memandang orang itu tidak pernah menjadi miliknya, kelembutan suara kaisar saat berbicara dengan orang itu tidak pernah ditujukan padanya, bahkan hingga ajal menjemput. "Apa salahku sehingga kau membenciku sejauh ini? Apa aku telah melakukan kesalahan sehingga kau memandangku dengan begitu hina? Apakah mencintaimu adalah dosa yang begitu besar?" tanyaku dengan lemah. "Dosamu adalah mencintai seseorang yang seharusnya tidak kau cintai," jawabnya dingin. 'Dia benar, aku telah menghabiskan terlalu banyak cinta untuknya hingga aku tidak punya sisa cinta untuk anak-anakku, untuk mereka yang benar-benar peduli padaku. Jika aku diberi satu kesempatan untuk menebus semua itu, aku akan menghabiskan seluruh hidupku melakukannya,' pikirku sembari menutup mata dan menyambut kematian. Atau begitulah pikirku.