2020
Terimakasih telah mengejakan kepadaku 4 angka yang kutulis diawal deskripsi ini,
Tahun dimana aku sibuk menghapus air mata,
Berusaha berdamai dengan kecewa dan menebus hampa akibat luka.
Ya, aku memang munafik!
Terkutuklah bagi siang, dengan bangganya ia mengajakku tertawa menahan,
dan tak terkecuali malam pula yang menyeretku ke dalam lubang tangisan.
"Kinara", (begitu cara dia memanggilku).
Laki - laki yang aku temui pada pertengahan tahun terburuk,
Membawa luka yang berbeda dan sebenarnya tidak akan pernah bisa disamakan.
Dia adalah Laksa Dewa, panggil saja Dewa.
Nama yang gagah, Aku menyebutnya ksatria.
Apa ekspektasimu dalam percintaanku dan Dewa?,
Aku ingin seperti hujan,
Kata orang - orang, jangan pernah samakan cinta dengan derasnya hujan,
Karena selebat apapun dia turun pada akhirnya akan reda dan menghilang.
Jangan salah,
Hujan tidak akan mengkhianati tanah,
selebat apapun dia turun dan selama apapun ia menghilang,
Tidak ada satupun filosofi yang menyebutkan bahwa mereka berdua tidak akan lagi bertemu.
--------
Menikah karena dijodohkan dengan seorang yang dari segala sisi sempurna Arina mengira jika dirinya akan bahagia bersama dengan pilihan orangtuanya, tapi rupanya hidup tidak berjalan seperti yang Arina inginkan.
Sadewa Natareja, pria yang masuk ke dalam jajaran anggota dewan rakyat paling muda ini nyatanya tidak bisa menjadikan Arina sebagai seorang istri yang seutuhnya. Pengorbanan Arina menerimanya yang berstatus duda dan merawat anaknya yang berusia kurang dari satu tahun nyatanya tidak bisa membuat Dewa mencintai Arina seperti dirinya mencintai istri pertamanya, Husna.
Dimata Dewa, Arina tidak lebih dari seorang wanita yang dipilihkan ibunya untuk menjadi teman dibawah atap yang sama dan sosok yang menjadi ibu untuk putra kesayangannya sebaik apapun Arina berusaha menjadi istri yang baik untuknya.
Semua hal yang dilakukan Arina serasa tidak berarti sama sekali sampai akhirnya Arina lelah sendiri, meraih cinta suaminya nyatanya hal yang mustahil bagi Arina. Perlahan, Arina menjauh membangun benteng tinggi yang membuat Dewa tersadar betapa seharusnya dia bersyukur memiliki Arina dalam hidupnya.
Sayangnya, semuanya sudah terlambat.
"Mas Dewa, aku capek."