Kepergian Diego berhasil membuat sosok Jilan Aninda terpukul. Selama satu tahun setelah kepergiannya, Jilan selalu dihantui perasaan rindu kepada sahabatnya itu. Tak jarang hal itu menjadi alasan seorang Jilan lebih sering menangis dalam kesendiriannya karena masih merasa tak terima akan kematian sahabatnya. Dia yang selama ini selalu ada untuk Jilan, namun dia juga yang meninggalkan Jilan lebih dulu. Anggap saja Tuhan tidak adil atas segala hal tentang sahabatnya, tetapi Jilan selalu meyakinkan dirinya bahwa segala hal yang telah ditakdirkan Tuhan untuk sahabatnya adalah yang terbaik. Sampai suatu ketika, Jilan penasaran akan sosok laki-laki penyandang gelar master matematika di sekolahnya. Ardan Januarta, peraih juara nasional di cabang olimpiade matematika, pemegang peringkat paralel pertama selama 2 tahun berturut-turut, ketua OSIS, dan murid kesayangan guru tentunya. "Gue jadi penasaran, kenapa semua cewek suka sama Ardan? Padahal jauh lebih ganteng Ciko." tanya Jilan pada dirinya sendiri.