Kematian disebut sebagai sesuatu yang menakutkan, juga, kembali kepada pelukan kematian adalah kedamaian tidak berarti, seperti bunga putih yang tersapu oleh tsunami. Barangkali itu menyakitkan dan 17 tahun itu hanya sekejap mata, aku harap aku dapat hidup hingga akhir hari. Sore itu, matahari membentuk seriak layu jingga yang membentang sepanjang langit, seseorang dengan mata gelap gulita seperti malam tercermin dalam pandanganku. Dia tersenyum lesu dan tidak berdaya seraya berkata "Ternyata, membunuh seseorang itu sama melegakannya dengan kematian, begitu tidak berarti dan tanpa daya" "Untuk kita yang tidak pernah dicintai, ada baiknya lenyap dalam ketidakberartian lebih awal. Maukah kamu, ikut denganku? Ayo kita pergi melarikan diri, ke surga yang jauh disana, yang penuh dengan kehangatan keluarga, dengan susu dan sepiring sereal setiap pagi." Pada hari itu, aku mengikuti langkah kakinya, keluar dari rumah dengan tas berisi Nintendo dan dompet. Aku tinggal kan semua kenangan tentang teman dan keluarga, kini tidak ada yang berarti lagi. Hanya kami berdua, berlari dan bermain-main seperti orang gila, pergi jauh, ketempat yang sepi tanpa siapapun untuk mati dan lenyap, hanya menyisakan ingatan bagi orang-orang yang memang ingin mengingatku. "karena keberadaan kita hanya momok saja" jadi kupikir tidak ada alasan untuk tinggal lebih lama, disini, di dunia yang teramat indah untuk mereka.
3 parts