Suatu hari Rama pernah mengingatkanku bahwa orang hidup harus punya tujuan untuk diperjuangkan. Aku sadar aku terlalu lemah untuk itu dan aku tak setangguh Rama. Putus kuliah pun aku pasrah. Jadi aku cuma bisa berbisik di telinganya. "Tujuan hidupku adalah kamu. Aku ingin menjadi wanita yang akan mendampingi perjuanganmu." "Boleh kan Ram?" Rama tersenyum, matanya menggodaku. Tiba-tiba dia berdiri dan melompat dari rakit bambu yang kami tumpangi di Telaga Menjer. Byurr. "Perjuangkan aku!" Tanpa pikir panjang aku segera ikut melompat sambil berteriak. "Aku datang!" Melihat polah kami berdua, Pak tua pengayuh rakit bambu itu seperti sedikit menyesali masa mudanya. Aku dan Rama tenggelam dalam telaga cinta. ******************* Puisi Daun Tembakau Taukah engkau... Duhai gadis cantik pemetik tembakau Bayanganmu tak pernah mampu ku halau Resah ini selalu datang mengacau Petiklah... petik daun-daun rinduku Tak perlu kau pilah, karena tak ada yang layu Tak perlu kau pilih, karena semua warnanya tentangmu Rama oh Rama. Bagaimana aku tidak berbunga-bunga ketika suatu pagi dia membacakan puisi ini dihamparan ladang tembakau nan hijau. Mungkin dia bermaksud membalas puisiku waktu itu. Suara lantangnya seakan menggema menabrak Sindoro lalu memantul ke arah Sumbing. Aku memeluknya dalam belai semilir angin. "I love you Ram." ********************* Ini adalah beberapa kepingan Catatan Anjani tentang Rama. Silahkan dibaca full Cerpennya. Jika berkenan bisa dibantu ratingnya. Terima kasih. Semoga Menghibur