Retno, wanita yang oleh pujaan hatinya dinamai penyu biru itu, adalah seorang peneliti ganggang laut dari LIPI. Ia di tugaskan ke perairan Banda bersama Martasya. Hobi snorkeling dan diving yang akhirnya mempertemukannya dengan Daeng Gilang yang oleh Retno sang penyu biru di panggilnya Koi. Kedekatan mereka membuat Martasya yang juga jatuh hati pada Koi menjadi iri. Martasya berniat menggagalkan rencana mereka untuk menikah. Tetapi rencananya selalu di halangi oleh Koi. Ia terus mencari celah untuk bisa mendapatkan hati Koi. Rupanya tak hanya Marta yang jadi penghalang hubungan mereka. Konflik lain justru datang dari sebuah tradisi di keluarga Koi. Tradisi unik yang hanya ada saat lelaki anggota keluarga besar Koi akan menikah. Calon menantu perempuan Ambo Cenning, ibunda Koi itu harus bisa memasak pallumara masakan khas Makasar. Pallumara buatan calon mempelai perempuan itu merupakan simbol pengabdian istri pada suaminya. yang memang menyukai pallumara. Penyu bukanlah wanita yang bisa memasak. Ia adalah putri Solo berdarah Mangkunegaran yang tak pernah menyentuh dapur. Ambo Cenning memakluminya dan berkeinginan mengajarkan pallumara pada Penyu sampai bisa. Namun reaksi penyu sungguh di luar dugaan. Itikad baik Ambo dan Koi tak diindahkannya. Ia memilih pergi meninggalkan kekasih hatinya yang serius menikahinya. Ada apa dengan penyu? Apakah Koi bisa meyakinkannya untuk menyanggupi syarat Ambo Cenning? Ataukah akan ada wanita lain pilihan Ambo Cenning yang menjadi pendamping koi? Dan apakah Martasya melihat peluang ini sebagai sebuah cara untuk mengambil hati Koi dan ibundanya?