Seorang pembunuh menyelinap di antara kami, beradaptasi secara transparan dan sempurna, membuatku sulit menduga siapa pelakunya. Itu hanya kabar buruk pertama. Yang kedua adalah asramaku bangkrut. Penyebab utamanya adalah tuntutan seorang wali murid yang kehilangan sepasang anaknya dua minggu lalu akibat pembunuhan sadis. Mayatnya ditemukan dalam tandon air tiga hari setelah bau busuk dari air keran. Itulah awal dari teror tak temu ujung ini. Memanggil penyelidik pun, tak punya biaya. Mayat selanjutnya datang tepat di depanku. Dia berjalan. MAYAT ITU BERJALAN! Terpincang-pincang, celananya basah merembes di bagian belakangnya, cicitannya serupa leher yang digorok berulang kali. Tiga sudah terhitung korban di akhir bulan Desember. Sementara aku, hanya seorang gadis pecinta genre thriller misteri, terlalu banyak asupan Lockwood & co, Sherlock Holmes, sampai MacGyver, berusaha mengungkap kasus secara otodidak. Bersama Dion, anak seorang psikolog, kita berkutat semingguan untuk menemukan sisa-sisa kelalaian pembunuh sebelum kami yang dibunuh. Aes Z/L/T