"Tolong ingatin gue jika suatu saat nanti gue lupa lo," Athala takut jika saat itu tiba, dimana Alfa benar-benar lupa dan pergi darinya. Alfa selalu mengatakan itu kepada Athala, bahkan Athala sampai bingung karena kata-kata itu. "Gue mau mati! Rasanya sakit Tha, seakan nyawa gue ditarik paksa keluar dari tubuh gue," Alfa meremas dada kirinya yang terbalut seragam kuat. Napasnya memburu tak beraturan, darah keluar dari mulutnya sampai meninggalkan bekas di seragam yang dia kenakan. Itu adalah kenangan terakhir Athala bersama Alfa. Tepat di koridor sekolah sore itu Alfa terbaring di pangkuannya dengan bersimpah darah. Waktu sangat kejam, tanpa pamri waktu memakan Alfa dari pandangannya, karena setelah tragedi di koridor itu Alfa langsung di bawa ke rumah sakit. Cowok itu menghilang begitu saja tanpa kabar, berkali-kali Athala mencari keberadaan Alfa, menanyakan kemana cowok itu pada orang tua dan teman-teman cowok itu, tapi satupun dari mereka tidak ada yang menjawab. "Nggak ada yang bisa akhirin derita lo selain gue," "Kenapa?" tanya Athala. "Karena lo terikat sama gue. Gue itu nyawa lo, tubuh lo dan napas lo. Mau lo luapin gue kayak gimanapun lo nggak bakal bisa. Begitu juga gue. Lo ada di sini Tha, kalau suatu hari nanti gue udah nggak kuat dan nggak bisa berdiri lagi dengan kedua kaki gue, gue bakal datang ke lo. Gue mau saat-saat terakhir gue, gue ada di pangkuan lo," Alfa menepuk dada kirinya tepat di bagian jantung. Cowok itu menatap lekat mata Athala.