Tiga belas tahun yang lalu, Ariana diminta untuk menjadi mak combalng oleh seorang anak lelaki bernama Nando Dimitri yang tergila-gila kepada sepupunya, Laura. Mereka berpacaran berkat Ariana.
Namun, seperti kebanyakan cinta monyet lainnya mereka sering putus sambung. Hingga akhirnya msreka benar-benar berpisah karena Nando pindah ke luat kota.
Kini, saat usianya cukup matang, sang mama terus saja ngotot untuk menjodohkan dengan putra temannya. Seorang duda beranak satu.
Tentu saja Ariana menolak, hingga nekad mencari pasangan sendiri lewat aplikasi online bernama Madam Rose. itu semua atas ide sepupunya, Laura.
Alangkah terkejutnya Ariana, ketika tahu teman kencannya adalah Nando Dimitri. Penampilannya kini berubah dan luar bisa tampan, membuat hatinya berdebar aneh.
Sayangnya, bukan cuma dirinya yang terpesona oleh Nando. Laura sepupunya juga mantan Nando, memohon untuk dicomblangkan kembali dengan pria itu.
Ariana bimbang, apakah ia akan memperjuangkan cintanya atau malah menjadi mak comblang jilid 2?
Menikah karena dijodohkan dengan seorang yang dari segala sisi sempurna Arina mengira jika dirinya akan bahagia bersama dengan pilihan orangtuanya, tapi rupanya hidup tidak berjalan seperti yang Arina inginkan.
Sadewa Natareja, pria yang masuk ke dalam jajaran anggota dewan rakyat paling muda ini nyatanya tidak bisa menjadikan Arina sebagai seorang istri yang seutuhnya. Pengorbanan Arina menerimanya yang berstatus duda dan merawat anaknya yang berusia kurang dari satu tahun nyatanya tidak bisa membuat Dewa mencintai Arina seperti dirinya mencintai istri pertamanya, Husna.
Dimata Dewa, Arina tidak lebih dari seorang wanita yang dipilihkan ibunya untuk menjadi teman dibawah atap yang sama dan sosok yang menjadi ibu untuk putra kesayangannya sebaik apapun Arina berusaha menjadi istri yang baik untuknya.
Semua hal yang dilakukan Arina serasa tidak berarti sama sekali sampai akhirnya Arina lelah sendiri, meraih cinta suaminya nyatanya hal yang mustahil bagi Arina. Perlahan, Arina menjauh membangun benteng tinggi yang membuat Dewa tersadar betapa seharusnya dia bersyukur memiliki Arina dalam hidupnya.
Sayangnya, semuanya sudah terlambat.
"Mas Dewa, aku capek."