Wildan adalah seorang pria berusia dua puluh tahun. Setiap hari ia tak lepas dari pakaian lengan panjang dan celana panjang. Ia memiliki seorang adik perempuan bernama Tiana.
Tiana adalah satu-satunya orang yang mengetahui bahwa di balik pakaian lengan panjang Wildan tersimpan berbagai luka. Tidak hanya luka secara fisik, tetapi juga luka batin.
Sejak kecil, Wildan dipaksa menjadi sempurna oleh orang tuanya, terutama di bidang akademis. Ia dipaksa untuk belajar dan belajar dan tidak boleh sedikit pun memperoleh nilai buruk. Jika meras tertekan, Wildan tidak boleh menangis. Sejak usia dua tahun pun, Wildan akan dihukum jika tantrum. Hal ini membuatnya tidak bisa menangis, sehingga ia sering melukai dirinya sendiri.
Suatu saat, Wildan kehilangan kedua orang tuanya dalam kecelakaan ketika ia berusia enam belas tahun. Wildan tetap tidak menangis, tetapi membuatnya semakin melukai diri.
Tiana, yang tahu rahasia kakaknya, akhirnya memilih untuk bekerja dan tidak melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi dengan maksud supaya bisa membawa kakaknya ke psikiater.
Suatu saat, Tiana diculik oleh seorang laki-laki muda. Wanita itu diperkosa dan dibunuh. Ketika mengetahui hal itu, untuk pertama kalinya Wildan menangis tanpa henti selama berhari-hari.
Sejak saat itu, ia mencoba bangkit dan membalaskan dendamnya kepada pria yang sudah memperkosa dan membunuh adiknya. Di tengah mencari pembunuh adiknya, Wildan mendapati kenyataan kalau adiknya diperkosa oleh beberapa orang. Wildan pun secara tak sengaja menjadi pembunuh berantai.
Catherine Zeta Vallencia, atau kerap di sapa dengan nama 'Erine.' Awalnya ke hidupan Erine begitu bebas tanpa hambatan, kini malah berubah derastis karna kesalahannya dimasa SMA yang begitu buruk dan nakal. Karena kesalahan itu lah yang membuat ke hidupan Erine di masa sekarang, jadi benar-benar penuh penyesalan. Erine diculik oleh seseorang yang dulunya adalah korban bullyingnya, si korban ingin sekali membalaskan dendanya kepada Erine, dengan cara melakukan hal yang sama seperti yang dulu pernah Erine lakukan.
Bahkan kalo bisa jauh lebih sakit, dari apa yang ia rasakan. Setiap kali melihat Erine yang meringis kesakitan, adalah suatu kebahagiaan tersendiri untuknya, namun akankah selama berjalannya waktu, misi balas dendanya akan terus terjadi? Apakah ia benar-benar bisa menyakiti orang yang paling dicintainya?
-A story by: Cutiebizzz