Bryn "pergilah!" hentakan kasar itu. Tak pernah ia dengar sebelumnya, 'sakit' ya memang sakit rasanya di hentak kasar oleh orang yang kita cintai. Tapi tunggu, bukan ini bukan rasa cinta terlalu mustahil jika ia dapat merasakan emosi sebesar ini sedemikian cepat. Ya, ia iba hanya iba hingga ia memilih tetap tinggal dan mulai mengeluarkan alat yang biasanya ia banggakan, namun saat ini seperti tercabik-cabik melihat alat itu mengobrak ngabrik isi perut 'kekasih' nya yang berlubang mencari benda kecil terbuat dari timah yang panas. "Cih, ter..tawa..lah kamu seka..rang...kau...pas..ti.. senang meli...hat...semua..i..nii.. kan? Hah, bo..doh..nya aku akhh!! yang..masih..mencintai..mu.. meski kau..membunuh...akh!! ku..perla..han..." Ucapan Bryn membuat ku tersentak namun tetap tegar mencari benda kecil itu hingga aku berhasil mendapatkan nya "dapat!" DORR!!! ***** "Jika itu bukan cinta, lantas apa? Perasaan empati dan simpati yang berubah menjadi kepedulian tanpa henti?? Aihh itu cinta" -Bryn- ***** *bagi yang tidak nyaman dengan hal-hal berbau pembunuhan dimohon kerja sama untuk tidak membacanya