PROLOG Aku menunduk menatap kedua kakiku yang menapak pasir dengan buram. Bahuku bergetar kencang dan dadaku terasa sangat sakit. Aku terisak tertahan, menahan semua perasaan gundah yang menyelimuti hatiku. Ku dengar suara tapak kaki yang tidak begitu jauh di depanku berhenti. Sejenak kemudian, tapak kaki itu kembali terdengar, dan suaranya semakin mendekat ke arahku. Aku masih dalam posisi yang sama, berdiri sambil menunduk dengan isakan tertahan tanpa bisa berpikir apa pun. "Lin," Suara itu melirihkan namaku, tepat dihadapanku yang masih menunduk. Aku terdiam, masih berada di posisi yang sama. Aku, hanya sangat malu untuk mengangkat kepala dan memperlihatkan wajahku yang begitu buruk. "Velina, maafin aku, sekali lagi." Aku menangis begitu kencang. Bahuku semakin bergetar hebat, dadaku naik turun. Sakit, sangat sakit, dadaku sangat sakit. Tangan kananku bergerak, merambat ke dadaku dan mencengeramnya dengan kuat. Aku tidak peduli dengan beberapa pasang mata yang memandang kami di sini. Yang kupedulikan hanyalah sakit di dadaku saat ini. "Lin, udahlah. Jangan nangis lagi, ini tempat umum. Malu diliyatin orang." Akhirnya aku mengangkat kepala, memandangnya, dengan uraian air mata yang tentu saja sudah menghapus seluruh riasan yang telah kubuat begitu lama. Dan dia, hanya memandangku dengan tatapan yang tak dapat kuartikan. Aku menatap matanya, menelusur untuk mencari kebenaran atas apa yang telah terjadi pada kami. Namun, aku tak menemukannya. Aku... tak menemukan cintanya. Cintanya padaku, telah hilang? "Gar, aku boleh meluk kamu? Sekali aja, untuk yang terakhir." Ucapku pelan dengan masih terisak. "Aku ambil motor dulu, kita pulang." Dia..... meninggalkanku.All Rights Reserved
1 part