Terhimpit dengan konflik panas, yang menyebabkan krisis ekonomi keluarga. Keadaan mendesak, mengharuskan seorang gadis yang baru saja menginjak kelas sebelas SMA untuk menghidupi dirinya sendiri. Usaha yang keras hanya demi untuk bertahan hidup, keluarga juga tak ada lagi yang mau menampungnya. Gadis yang baru saja menginjak usia tujuh belas tahun, terpaksa harus memiliki pekerjaan paruh waktu. Hanya bermodalkan tabungan yang mampu untuk membayar kos dengan waktu selama tiga bulan, dan sisanya hanya bisa untuk dibelikan telur dan beras untuk makan sehari-hari. Segalanya serba pas-pas an, berharap hanya keajaiban yang dapat mengeluarkan dirinya dari keadaan terdesak seperti sekarang. Kondisi yang membuatnya harus mati-matian bertahan hidup, dengan segala kekurangan. Batinnya berteriak tak terima ketika kenyataan hidupnya berbanding terbalik dengan sosok pria tampan yang tak sengaja bertemu ditempat pembuangan sampah dapur. Dengan sterofoem yang berisikan nasi goreng bertabur ayam suir. Dan dirinya hanya membawa sampah kulit telur. "orang kaya mah gitu, suka buang-buang makanan" tangannya bergerak segera melempar kresek kecil berwarna putih yang berisikan sampah kulit telur. "lo ngomong sama gue?" cowok disebelahnya memandang aneh dirinya. "PD!" "lah, kan disini cuma ada kita--" "maksudnya.... gue sama lo" ralat pria bertubuh atletis tersebut. "terus?" "lo ngomong sama gue dong berarti?" tangannya menunjuk dirinya sendiri dengan ke-PDan tingkat tinggi. "sama sampah!!" bentak allura sakartis.