"Aku menyukaimu." "Hah?" "Benar-benar suka, zhēnde xǐhuan nǐ." "..." "Suki da yo! Daisuki!" "Oke, oke, stop!" Tangannya menyila jari-jariku yang menutupi seluruh wajahku. Terlihat raut wajahnya kegirangan melihat ekspresi maluku yang tak tertahankan. Aku percaya mukaku saat ini pasti memerah seperti kepiting rebus. Ahh... aku benar-benar malu. Dia sungguh pintar membuatku merasa malu dan senang sekaligus. Siapa yang akan menyangka, cintaku selama tiga tahun akhirnya terbalaskan. Aku senang, tidak, bukan, aku sangat sangat bahagia! Aku ingin memeluk dan menciumnya saat ini, di tengah kerumunan ratusan orang ini. "Apakah kau menangis? Astaga, apakah aku menyakitimu? Kau kecewa karena aku telat mengungkapkan perasaanku, ya?" Wajahnya seketika memperlihatkan kesedihan, dan itu terlihat sangat imut bagiku. Kuarahkan jari-jariku menuju pipi gempalnya yang memerah akibat suhu dingin malam ini. Binar matanya seketika bersinar terang. Ah sungguh... dia sangat cantik. Kulekatkan bibirku menyentuh bibirnya. Hangat... lembut... hatiku terasa seperti gletser es yang mencair. Seperti ini kah rasa angin musim semi yang berhembus pada malam musim dingin di Tokyo? "Yes, i still love you. I always love you, Ioka🖤"