Bismillaah, Kepada pembaca yang saya cintai di manapun berada; Jika kalian berharap ini adalah cerita religi yang dibalut romantisme antara dua anak manusia di dalam ikatan cinta yang sakral-yang membuat pikiran melayang-layang dan hati terbayang indahnya halal, maka sebelum membaca ubah dahulu mindset tersebut ke dalam beberapa hal. Sebab pada bagian part yang lebih dalam kalian hanya akan menemukan banyak rasa sakit dan luka-luka yang begitu berharga-yang akan membawa kepada sebuah hikmah; bahwa kado terindah justru dibungkus rapi dalam setiap rangkaian masalah dan musibah. ***** Prihal hari-hari yang membuat tubuhmu lelah, pikiranmu terluka parah, arah pandangmu berubah, dan kau hanya menyematkan pasrah di tengah-tengah hatimu yang semakin lama semakin berdarah; Prihal waktu yang kubiarkan berlalu dengan kepala membatu, mulut membisu dan ruang yang tak lagi memberiku kesempatan walaupun hanya satu; Juga prihal orang-orang yang melewati pagi dengan niat tak ingin lagi kembali dan memutuskan menyudahi lalu pergi tanpa berpikir sekali lagi. "Aku salah karena telah menjatuhkan hati pada sesosok malaikat kemudian aku juga yang menyakiti sayap-sayapnya hingga dia tak bisa lagi pulang ke tempat yang lebih tenang," "Apa kau menyesalinya?" "Aku mencintainya." "Apakah dia merasa dicintai?" "Aku tidak tahu pasti. Ketika aku bertanya berapa kali rasa sakit itu mendatangi, dia menjawab; hanya sekali, karena ia tidak pernah pergi. Ketika aku ingin mengetahui bagaimana bisa hal itu terjadi; dia diam. Setelahnya dia berkata lagi; ketika aku merasa tersakiti, aku melihat wajahmu berkali-kali." "Dia tidak dicintai; dia dikhianati." Dari; MAHAR. Salam manis, peluk erat- Hazizah Mutiara