"Tidak, Navarro. Semua yang kamu lihat di depanmu ini hanya kelebihan yang tak berguna. Kecacatan terbesarku ada di balik perisainya." Ah, Adrea memanggil nama depanku. Aku tidak harus peduli, kan? Toh dia hanya membual. Walau sebenarnya aku.. suka. ***** "Navarro, andai kamu tahu. Aku memendam derita yang luar biasa. Dan aku tak mau kamu merasakannya juga." Agaknya hujan tak mampu membuat seorang gadis jelita menggelungkan diri ke dalam selimut hangatnya. Ia sibuk berpikir, ah tidak, lebih tepatnya melamun di depan jendela kamarnya. Menggerakkan ujung jari telunjuknya berputar-putar di atas cover buku novelnya. Novel tentang cinta. Klise? Tidak. Novel setebal 100 halaman itu baru saja diambilnya. Namun, di saat jarum jam bahkan belum genap bergerak, di saat asap mengepul pun belum menghilang dari minuman panasnya, dia sudah menyelesaikannya. Haha, tidak. Dia tidak memiliki kekuatan ajaib atau apapun itu namanya. Dia.. hanya suka membaca, itu saja. Toh tidak ada kegiatan menyenangkan lain yang bisa ia lakukan selain membaca.