Alika tidak pernah lupa siapa lelaki yang pertama kali membuatnya jatuh hati. Alika ingat betul sosok anak lelaki pencuri hatinya di lapangan upacara dulu. Tinggi, wajah tampan dengan kulit khas lelaki indonesia, Alika dibuat mabuk kepayang saat pertama kali melihat lesung pipi penghias senyum dari jarak begitu dekat. Prasetya. Nama yang memenuhi lembar terakhir semua buku tulis Alika. Namun, semua berubah menjadi coretan ketika ia menerima pernyataan penolakan dari sang pujaan hati. Ia kesal. Hatinya terpecah belah. Dirinya malu. Sejak hari itu, ia bersumpah tidak akan menampakan diri dihadapan Prasetya demi menyelamatkan harga dirinya. Ia juga tidak berjanji mengubur perasaannya pada Prasetya. Tapi bukan ia yang berkuasa. Takdir punya jalannya sendiri. Ketika Tuhan berkehendak, Alika bisa apa selain mengikutinya.