[Fanfiction of Attack on Titan by Isayama Hajime, mainship : Erwin Smith x Levi Ackerman (EruRi)]
Start : February, 20th 2021
End : April, 24th 2021
Edited : September, 27th - 29th 2021
Sejak dilahirkan, Levi Ackerman tak pernah mengenal siapa ayahnya. Hingga pertemuannya dengan Edward Smith, dosen yang menyayanginya selayaknya seorang ayah menjungkirbalikan segala sisi kehidupannya.
Namun pada akhirnya, pria itu harus pergi dan meninggalkan anak lelakinya kepada Levi dengan satu permintaan terakhir, mereka harus menikah.
Keraguan merambati hati Levi, mengingat Erwin Smith bukan pria yang mudah didekati. Apalagi membuatnya jatuh cinta, rasanya nyaris mustahil. Levi berpikir pria itu akan menolaknya mentah-mentah, namun siapa sangka jika Erwin menerima wasiat itu.
Akan tetapi, seiring waktu kehidupan rumah tangga mereka, Levi menemukan satu per satu kepingan sosok Erwin Smith yang tak pernah ditunjukannya selama ini. Kepingan yang kemudian berhasil disatukannya menjadi sebuah gambaran utuh, menandai fakta bahwa Alpha buas telah bersemayam dalam diri seorang pria yang beku. Menunggu dibangkitkan oleh hasrat dan cinta yang membara.
Mampukah ketulusan menaklukannya?
Liu Qiaqio, Permaisuri Dinasti Jin, telah menyerahkan hati, jiwa, dan raganya untuk sang kaisar. Dia mencintainya dengan sepenuh hati hingga merasa lelah, tetapi sang kaisar yang dingin hanya memiliki mata untuk satu orang, dan orang itu bukanlah dirinya. Kehangatan di mata kaisar saat memandang orang itu tidak pernah menjadi miliknya, kelembutan suara kaisar saat berbicara dengan orang itu tidak pernah ditujukan padanya, bahkan hingga ajal menjemput.
"Apa salahku sehingga kau membenciku sejauh ini? Apa aku telah melakukan kesalahan sehingga kau memandangku dengan begitu hina? Apakah mencintaimu adalah dosa yang begitu besar?" tanyaku dengan lemah.
"Dosamu adalah mencintai seseorang yang seharusnya tidak kau cintai," jawabnya dingin.
'Dia benar, aku telah menghabiskan terlalu banyak cinta untuknya hingga aku tidak punya sisa cinta untuk anak-anakku, untuk mereka yang benar-benar peduli padaku. Jika aku diberi satu kesempatan untuk menebus semua itu, aku akan menghabiskan seluruh hidupku melakukannya,' pikirku sembari menutup mata dan menyambut kematian. Atau begitulah pikirku.