Kepada tuanku, tuan kopi, aku Sedari Kecil adalah nona kopi. Nona kopi yang berkelana di sekeliling kampungnya sendiri. Mencari peracik kopi di para tetua Setiap pagi hingga petang menyapa, Bersama teman-temannya tak perduli bila panas matahari menyengat menyetubuhi kulitnya menjadikannya Hitam dekil. Tuan kopi, Nona mu berjiwa bebas hingga teguran ayahnya selalu menjadi sia-sia. "Berhenti main-main di siang hari nak, Kamu perempuan sudah sepantasnya berlagak seorang perempuan" "Kulitmu Akan Jadi gosong, Seharusnya Kamu Di rumah merawat dirimu dan sesekali bantu ibumu" Ujarnya Dengan Lembut Dan Tegas. Tentu aku bukan nona Mu jika tidak membangkang, Apalah Arti Seorang perempuan berkulit putih jika yang di lakukannya hanyalah di rumah tanpa melakukan apapun, Apalah arti dunia ini bila Dunia hanya terjamah oleh manusia² yang serakah. Sesekali nona mu melakukan kebebasan dengan tangan kecilnya bersama teman-temannya membantu meracik kopi dan menikmati betapa indahnya para tetua Menumbuk kopi dengan alat yang sangat sederhana. Meski Lelah, Mereka manusia² tak kenal lelah, Bahkan pekerjaannya di selilingi senyum dan tawa para sesamanya. Biarkan Nona mu ini Menikmati Dahulu, Sebelum nonamu bukan lagi nona kopi.
1 part