"Mas!" Aku berteriak karena di kakiku mengalir darah. Mas Iza tertawa, lalu memberitahuku untuk segera mandi dengan air hangat yang sudah dia sediakan. "Dasar cabul, bisa-bisa nya dia melakukannya tanpa menunggu persetujuan ku." Namun, aku senang. Akhirnya, aku bisa memilikinya lahir batin. Dia juga. Memiliki ku secara utuh. Aku menatap cermin, membayangkan mata yang penuh setenang telaga. Sinar matanya seakan mengunciku dalam gelora asmara. Dia peka, aku memang menginginkannya.
5 parts