Story cover for The Shadow and Ego by sriwahyuyuni
The Shadow and Ego
  • WpView
    Reads 16
  • WpVote
    Votes 0
  • WpPart
    Parts 2
  • WpView
    Reads 16
  • WpVote
    Votes 0
  • WpPart
    Parts 2
Complete, First published Jan 28, 2021
Mature
"Kau tak kan bisa lari terlalu jauh, wajahmu sudah terukir rapi di otak ku" ucap AR sambil menggoyangkan gelas ditangannya. 
"Cari informasi gadis itu, dan pastikan semua harus detail tanpa ada yang terselip sedikit pun" dengan senyum smirk nya yang tampak menakutkan AR memerintah pada Adam asisten kepercayaannya. 
"Baik tuan ku" jawab Adam membungkukkan sedikit badannya. 

Dilain sisi gadis yang memakai seragam wiater berlari menuntun 2 anak kecil. karena berlari memakai rok, rok gadis itu pun sedikit robek di sisi lutut kanannya. Gadis itu berlari cukup lama ia pun menoleh kebelakang dan rasanya sudah cukup aman.
"Apa kalian tidak apa? " tanya disa dengan nafas terengah-engah. belum sempat menjawab 2 anak itu menangis, dengan kebaikan hati disa pun menenangkan mereka. "Tenanglah, kalian sudah aman bersama kakak" ucap disa dengan senyum manis.
All Rights Reserved
Sign up to add The Shadow and Ego to your library and receive updates
or
Content Guidelines
You may also like
Melangkah Tanpa Arah  by haechanah05
7 parts Ongoing
Tidak semua orang punya orang tua yang bisa diandalkan. Ada kalanya kita yang diandalkan oleh mereka, di setir layaknya robot tanpa punya rasa. mereka tak mau mendengar sedikit pun keluhan, semuanya harus tertata sempurna, selayaknya Tuhan yang tanpa kekurangan. kisah empat remaja, yang berusaha bertahan ditengah luka yang mereka punya, tentang masalah keluarga yang berbeda, namun dengan torehan luka yang sama. "capek bangett fuck, pengen pulang aja rasanya, tapi kemana gue harus pulang? " hanan "ke gue, pulang ke gue, anggap gue rumah lo, rumah kalian" nata "nat, peluk gue, gue butuh di puk-puk, sambil di pat-pat, perihal gue yang lima bulan lebih dulu minum susu, gue tetep butuh pelukkan lo. Hari ini ibu datang lagi, dia minta duit hasil gue meres keringet" raga "sini gue peluk, sambil puk-puk dan pat-pat. gapapa ya? nanti allah ganti duit lo yang lebih banyak dari yang lo kasih, buat makan nanti, lo ga usah pusing, nanti gue masakin lo tiap hari, kalo ada kebutuhan lo bisa pake uang gue dulu" nata "nat, gue pengen mati aja, hidup juga percuma, bokap selalu mukul gue, gue capek nat" jagat "sutt ga boleh ngomong gitu, sini lukanya gue obatin, kalo capek istirahat ya, jangan Coba-coba buat mati, mati bukan suatu hal yang bisa dicobain, capeknya dibagi sama gue, biar lebih ringan" nata "gue ga seberguna itu ya? gue ga seberharga itu ya? apa salah gue bodoh? gue juga ga mau terlahir jadi orang bodoh" nata "nat yang perlu lo tau, lo itu berharga buat kita, lo permata yang wajib kita jaga keindahannya" jagat "lo ibarat penerang di kegelapan, lo sangat amat berharga, tangan mungil lo ini, yang udah narik kita dari lingkaran setan" hanan "lo ga salah, dan lo ga bodoh, lo terlalu pintar, dan terlalu berharga buat kita" raga #00line #renjun #jeno #haechan #jaemin
SAMSARA LOKA [END] by Sutianurkhotimah
25 parts Complete
Manusia tak akan pernah bisa mengendalikan takdir. Sejauh apapun seseorang berlari, takdir pasti selalu datang menemui tuannya. Sangat menyakitkan bila itu takdir buruk. Tak mudah untuk Ikhlas, tapi harus tetap mencobanya - Maharani Adhisti - **** Seseorang mendekapku dari belakang. Aku ingin meronta, tapi Aku tak berdaya. Aku melirik ke kiri. Gara terpaku di tempatnya. Gara. Ingin sekali Aku memanggilnya. Aku ingin berlari ke arahnya, namun seseorang itu semakin erat mendekapku. Aku tak bisa bergerak. Diam tepaku dalam pelukannya. "Gara, please help me!" kataku dalam hati. Aku menutup mata. Seperti dalam sebuah ruangan yang gelap. Tubuhku mendadak kedinginan. Tak kurasakan lagi pelukan itu. Panji sudah pergi, barangkali. Aku menelan ludah. Kabut asap tersibak di kanan kiri. Aku melewatinya pelan-pelan. Seperti masuk ke dalam mesin waktu, tiba-tiba Gara ada di depanku. Kini taman itu telah berubah menjadi kamar. Pria itu sedang duduk di sebuah dipan. Menatapku dengan sorot matanya yang tajam. Kami saling memandang. Saling menatap. Saling menyelami mata masing-masing. "Rani...." panggilnya. "Hmm?" responku. "Sebenarnya Aku juga menyukaimu, tapi cuma setengah-setengah. Jadi, jangan terlalu berharap padaku" ungkapnya. Aku melotot seketika. Apakah aku tak salah dengar? ***** Rani terjebak dalam cinta segitiga, namun ia tak bisa memilih salah satunya. Rani menyukai Gara, tapi Panji selalu meratukannya. Haruskah Rani melukai perasaan salah satunya? Ataukah ia memilih untuk terluka bersama keduanya? Penasaran? Let's Reading Soon🔥🔥
You may also like
Slide 1 of 9
Toxic Relationship cover
Ghost And Love || Park Jisung and Ningning aespa cover
Melangkah Tanpa Arah  cover
Don't hate me || Jeno Jaemin [END] cover
Dancing for the Star [TAMAT] cover
SAMSARA LOKA [END] cover
Je t'aime |Noren |Nomin| cover
AdAManda cover
C I N (T) A (COMPLETE) cover

Toxic Relationship

11 parts Ongoing Mature

Di dalam hubungan ini, hanya ada aku dan rasa kesal mu *** "Menurutlah Nona, mungkin Tuan akan berbaik hati dengan meringankan hukuman mu," ucap Pria yang sama. Tidak mungkin! Dia Kris, tangan kanan dari seseorang yang Kaluna benci dan secara bersamaan juga ia cintai. "Apakah kau bisa menjamin Kris, bahwa ucapanmu benar?" tanya Kaluna dengan datar. Kris terdiam. "Kau bahkan tidak bisa menjamin dirimu sendiri akan selamat darinya jika tidak berhasil membawaku pulang bukan?" tanya Kaluna lagi dan Kris tetap tidak beraksi. Kaluna mendengguskan napasnya. Kaluna berjalan mendekat ke Kris, sebelah tangannya ia masukkan ke kantong celana yang ia pakai. Berhenti tepat di depan Kris, ia melirik ke arah belakang Kris, dimana beberapa anak buahnya berdiri. "Ada 4," batin Kaluna. Kembali memusatkan pandangan ke arah Kris. "Kau terlalu setia Kris, bagaimana jika kau bilang pada Tuan mu bahwa aku di temukan meninggal dunia? Kau tidak akan kena hukuman, begitu juga aku. Kau bisa mengambil jasad seseorang yang sudah rusak, anggap saja itu diriku. Selesai!" Kaluna mencoba menawarkan kerja sama. Kris terdiam, "Nona, kau tau bukan bahwa Tuan bisa mendengar semua ucapanmu saat ini." Kaluna melirik earphone yang terletak di telinga kiri Kris. "Sial!" umpat Kaluna. *** Kaluna tidak pernah tahu. Dari tangan yang pernah menyelamatkannya, datang genggaman yang tak akan pernah melepaskannya.