Stevia bersumpah, intensi awalnya hanya demi kewajiban. Atau bahkan sebenarnya hanya atas dasar kemanusiaan sebab ia pernah merasa di tempat yang sama, dahulu, belasan tahun lalu. Bukan kasihan, sebab Stevia paham, jiwa-jiwa sakit yang muak dengan dunia tidak butuh itu. Mereka memerlukan atensi sesungguhnya. Akan tetapi, senyuman remaja itu, yang netranya menatap penuh harapan akan pelik ingin bebas namun disaat yang bersamaan was-was, membuat Stevia bertanya-tanya tentang, apakah ia salah mengambil opsi? Seakan-akan, Stevia menjadi malaikatnya saja. Padahal masa bodoh dengan dongeng pengantar tidur yang akan berakhir hidup bahagia. Bumi tidak hanya mengandung hal-hal indah sebagai isinya. © Pinkeu-Galaxy