⛔Mengandung banyak kata kasar dan kekerasan⛔ "Berapa yang lo butuhin?" Thalia meremas tangannya gugup, tak berani mendongak untuk menatap Gibran yang sedang duduk bak boss besar di depannya. "Du-dua puluh- j-juta." Kata Thalia pada akhirnya dengan gugup. Gibran menaikkan sebelah alisnya, "segitu doang?" Ah tentu saja, uang sebanyak itu hanyalah debu untuk Gibran. Thalia menelan salivanya susah, "i-iya." Gibran tersenyum miring, dia beranjak dari duduknya. Menghampiri Thalia tenang, lalu menarik dagu gadis itu agar mendongak menatapnya. "Kalo lagi omong sama orang tuh liat matanya, Thalia." Thalia menaikkan pandangannya pelan, menatap manik coklat Gibran yang memesona. "Gue mau kasih lo uang itu," Gibran menjeda ucapannya, "bahkan dengan cuma-cuma." Thalia merasa tubuhnya bergetar tak nyaman, ia sangat takut dengan keheningan ini -karena bersama Gibran juga tentunya. "Dengan syarat-" Gibran kembali memancing Thalia. "Ap-apa?" Tanya Thalia ragu, tak sabar menunggu keheningan yang diciptakan Gibran dengan sengaja. "Lo tinggal sama gue, terus-" gantung Gibran lagi dengan sengaja. Ia melihat raut Thalia yang memucat seakan syarat dari Gibran adalah akhir hidupnya. "Layani gue."