Kecemburuan itu kini tergambar begitu jelas di mataku. Aku melihatnya memeluk lelaki itu, lelaki yang baru saja datang dan mengancamku. Ia memeluk Elaine di malam itu, dan menyeka air matanya menggantikanku. Elaine memang begitu terpuruk kala itu. Ia gagal mencapai impiannya untuk memasuki universitas impian kami. Ia berjalan menelusuri lorong kost-kostannya sambil menitikkan air mata. Pemuda itu bahkan mengantarnya sampai depan pintu kamarnya. Hal yang tak pernah aku lakukan sebelumnya. Kecemburuanku benar-benar memuncak. Tanpa lagi mementingkan keadaan dan penjelasan dari Mentariku, aku meraih sebuah belati yang selalu terselip di dinding dapur kamar Elaine . Aku mencabutnya dengan penuh amarah dan melayangkan belati itu ke arah lelaki itu tanpa pikir panjang. Namun Elaine dengan kebodohan yang tertanam di dalam dirinya, ia menyelaku dan membuat belati menghujam tepat di jantungnya. Akulah yang membunuhnya....All Rights Reserved
1 part