Air Mata Di Pintu November {SEGERA TERBIT}
15 parts Complete BAGIAN KEDUA SAPTA HARSA || KLANDESTIN UNIVERSE
"Kenapa lo jahat sama gue! Kenapa kemarin lo pergi? Kenapa? Kenapa lo ninggalin gue? Kenapa lo tega, Jen?" Haikal tak bisa lagi menahan kesedihan yang telah menumpuk di dalam dirinya.
Jendral hanya tertawa kecil. "Lo ngomong apasih, Kal? Gue nggak pergi ke mana-mana, kita kan selalu sama-sama. Gue mana pernah ninggalin lo. Ayo ikut, gabung sama yang lain." Ia menarik tangan Haikal, mengajaknya berlari menuju sisi lain dari air mancur itu.
Di sana, semua anggota Klandestin berkumpul. Beberapa duduk di atas ayunan yang berderit pelan, ayunan tersebut dihiasi dengan lampu-lampu kecil yang mengelilinginya.
"Bang Haikal! Kenapa telat? Kita nungguin loh!" seru Cakra.
"Kal, sini, ada mainan yang cocok buat lo," tambah Reihan.
Namun, Haikal menggeleng. Ia justru menggenggam erat tangan Jendral di sampingnya. "Kenapa, Mbul? Main sana," Jendral menatapnya dengan heran.
Haikal menggeleng lagi, kali ini dengan lebih kuat. "Gue takut," bisiknya, suaranya hampir tak terdengar.
"Takut?" Jendral tertawa, seolah-olah hal itu adalah lelucon. "Seorang Haikal takut?"
Haikal mengangguk, menahan diri untuk tidak menangis. "Gue takut kalo genggaman tangan gue lepas, lo bakalan pergi."