"Yakin?" "Menurut lo?" para sahabat Ara menggeleng serempak, seolah memberikan peringatan bahwa ini tidak semudah ide di kepala cantik Ara saja. Ini bencana! batin mereka menjerit berdoa semoga Ara menunda dan mengakhiri saja rencana nakalnya. memohon dengan wajah pasrah keselamatan Ara yang mulai di ambang batas. "Mampus!" *** "Jauh-jauh lo dari gue!" Ara sadar itu bukan kalimat biasa. Itu kalimat ancaman pertama yang Sadera ucapkan hari ini. Puas rasanya melihat wajah memerah nan emosi dari Sadera pagi ini. Ara tak akan melewatkan kesempatan berharga yang sangat jarang terjadi. "yah gimana dong, gue tuh pengen nempel terus. Lo harum banget lagi .. pas banget sama gue yang belum mandi." balas Ara seraya menarik tas hitam yang selalu Sadera sandarkan di bahu kirinya. "Astagfirullah" gumam Sadera seraya menghela nafas dan memejamkan mata untuk meredam emosi dari iblis kecil di sampingnya. "wahh lo bisa istighfar juga? keren!!" Mata indah Ara melihat penuh takjub wajah sadera dan tersenyum penuh kepolosan. Membuat Sadera begitu muak, dan memperpanjang langkahnya untuk segera menghindari masalah yangakan ditimbulkan iblis kecil itu. membayangkannya saja membuat Sadera berfikir ulang. JANGAN SAMPAI TERJADI ! batinnya memperingati. *** "Lo gak bakal tau rasanya dibuang." Ara tersenyum sembari menghela nafas dengan wajah tenang, mata indah yang selalu ia suka menatapnya begitu dalam. Ia suka. Sangat suka. Setiap kali Ara menatapnya. Namun kali ini rasanya berbeda. Dan Sadera menyadari itu, bahwa kesalahan ini adalah awal yang akan menjadi akhir dari segalanya.