"Bolehkah aku mengambil hak dan kewajibanku malam ini sama kamu? Nafkah batinku?" tanya Miftah dengan penuh harap, dengan suara lembut dan juga desiran yang menyiksanya. Naura mengangkat wajah dan menatap asing serta menggeleng. "Aku suamimu, terlepas kamu benci profesiku. Kita sudah halal secara negara dan agama." Wanita cantik itu tersenyum sinis dan berpangku tangan setelah meletakkan kitab suci di meja. "Kamu akan sentuh aku sebagai siapa? Sosok Aina Umair pujaanmu? Alisa si janda kembang? Atau Aina mantan kekasihmu yang suaminya kamu tembak di pelaminan?" tanya istrinya dengan mata tajam dan angkuh. Meski begitu, wajahnya memang tak pantas marah karena dia memiliki wajah yang teduh dan manis. "Nau ... ya ampun, kenapa gitu nanyanya?" "Karena kamu playboy, kamu juga cuma mau nangkap ayahku, kamu gak serius, pernikahan kita juga belum tentu sah secara agama karena ayahku masih hidup tapi aku nikah dengan kamu dengan wali hakim. Jadi, jangan pernah berpikir aku istri sungguhanmu. Mengerti?" tekan Naura dengan angkuh. "Jika aku memaksa?" tanya Miftah menarik napas panjang dan mengeluarkannya cepat juga. "Maksud kamu?" "Jika aku memaksa mengambil hak dan tanggung jawabku malam ini? Karena seorang istri tidak boleh menolak permintaan suaminya, karena ia akan dilaknata malaikat sampai pagi, itu kata ustadz." Miftah berdir dan tersenyum penuh kemenangan. Apalagi Naura langsung pias. Apa yang terjadi?
16 parts