"Mengapa kau melakukannya?" Shafia menatap pria disampingnya, matanya bergerak mengisyaratkan ia tidak mengerti maksud pertanyaannya. "Mengapa kau lakukan itu? Hal yang membuat kita jadi seperti ini." Tanya Jonari tajam. Shafia tersenyum simpul, "karena kepercayaan, aku terlalu mempercayainya." Jonari menatap lekat mata Shafia, "Itu bukan kepercayaan, tapi kebodohan" "Yaa.. aku tau, terlalu percaya dan bodoh itu sangat tipis. Aku telah membuktikannya. Jadi, sekarang aku tidak akan mempercayai apapun." Senyuman diakhir kalimatnya menandakan bahwa Shafia sudah lelah dengan semuanya, ia hanya akan mengikuti logikanya. Tidak dengan perasaan dan tidak ada kepercayaan. "Tapi.. aku akan mencoba percaya padamu. Ah, tidak. Sekarang hanya kau yang kupercaya.." sambungnya yakin. "Mengapa?" "Karena aku percaya dan yakin, kau akan menepati perjanjian kita." "Jika aku mengingkarinya?" Shafia menatap Jonari lekat, ada yang aneh dengan tatapan Jonari padanya. Tapi Shafia yakin, mana mungkin dia akan mengingkarinya, sedang kesepakatan itu dia sendiri yang buat. Shafia hanya tersenyum menanggapinya, "berarti kau semakin menjauhkanku dari kepercayaan." "Tidak, kita lihat saja. Apakah aku yang mengingkari janji itu akan membuatmu kembali mempercayai arti kepercayaan sesungguhnya." ••• Mempercayai orang lain itu peluang penghianatan. Terkadang diri sendiri saja tidak bisa dipercayai. -Shafia Ligar Bellvy-