Pretend
  • مقروء 23,217
  • صوت 714
  • أجزاء 13
  • مقروء 23,217
  • صوت 714
  • أجزاء 13
إكمال، تم نشرها في فبر ٠٦, ٢٠٢١
للبالغين
Jace Clayton menikah dengan Liana Franklin karena perjodohan. Saat dijodohkan dengan Liana, Jace tidak menolak. Karena dia adalah pria yang baik yang tidak bisa menolak kemauan kedua orang tuanya. Apalagi, Jace juga baru saja dicampakkan oleh kekasihnya. Jadi, dia hanya pasrah dan mengikuti kemauan orang tuanya karena dia begitu kesal dan frustasi akan hubungan asmaranya yang kacau dengan sang mantan kekasih yang telah mengkhianatinya.

Di sisi lain, alasan Liana bersedia menikah dengan Jace juga tidak jauh berbeda, dia juga tidak bisa menolak kemauan kedua orang tuanya.Tapi, dia juga merasa bersyukur bahwa pria pilihan orang tuanya adalah pria yang baik.

Walaupun mereka berdua sama-sama bersedia menerima rencana perjodohan tersebut, namun mereka harus saling berpura-pura dalam pernikahan mereka. Jace harus berpura-pura berusaha mencintai, menerima dan peduli pada Liana sebagai istrinya. Sedangkan, Liana harus berpura-pura menerima segala sikap baik dan manis Jace. Padahal, dia juga merasa tersakiti oleh sikap Jace yang pura-pura baik dan peduli padanya. Karena Liana tahu bahwa sebenarnya Jace tidak mencintainya.

Akankah mereka berdua sanggup jika terus berpura-pura dalam pernikahan mereka?
جميع الحقوق محفوظة
قم بالتسجيل كي تُضيف Pretend إلى مكتبتك وتتلقى التحديثات
أو
إرشادات المحتوى
قد تعجبك أيضاً
Abraham Salim (Book 3) #Googleplaybook #JE Bosco Publisher بقلم AchelliaSugiyono
39 جزء undefined أجزاء إكمال للبالغين
Aku sedang berada di kursi tunggu bandara ketika aku mendapat pesan singkat. kubuka layar ponselku dan air mataku hampir saja tumpah meilat backgroun di ponselku, foto suamiku dan pangeran kecil kami George. Pesan dari Agnes kakakku "Take care dear. Be strong." Oh dia selalu memberikanku pesan semacam ini sejak tiga bulan yang lalu, setiap kali aku harus terbang ke Singapore untuk bertemu dengan puteraku. Tiba-tiba sebuah suara mengalihkan perhatianku dari layar ponselku. Seorang bocah laki-laki baru saja datang dan duduk tak jauh dari tempatku duduk. "Momy, we will meet dady soon?"Anak itu bertanya pada ibunya yang sedang asik melihat ke arah layar ponselnya "Yes honey."Ibu itu mengangguk seadanya. "Can I call dady now? Bocah itu kini bergelayut di pangkuan sang ibu, memaksa ibunya mengalihkan perhatian padanya. "This is surprise, we will keep it secreret." Ibu itu kini meletakan ponselnya dalam saku jaketnya lalu memangku anak itu, menjelaskan dengan lembut pada puteranya. "Dady will happy when we come?"Anak itu lagi dan lagi bertanya dengan polosnya. "Of course." Ibu itu kembali meyakinkan puteranya. Entah mengapa melihat mereka begitu dekat, membuatku terluka. Air mataku bahkan perlahan tapi pasti merangsek ke sudut-sudut mataku. Aku segera bangkit dan berjalan menuju toilet. Kuhapus air mataku di sana. Aku bahkan sangat kesulitan untuk bertemu puteraku sendiri, aku hanya memiliki waktu entam jam, dan itu dua minggu sekali dalam setiap bulannya. Dan ini sudah berlangsung sejak tiga bulan yang lalu. Tapi semua ini memang salahku, aku pantas menerima hukuman ini.