Manis tak selamanya manis, pahit pun sama. Terang tak selamanya benderang, gelap pun sama, tak selamanya gulita. Suatu hubungan yang terjadi dalam sebuah kehidupan, di dalamnya tidak mungkin hanya ada kata harmonis. Pasti ada suatu persoalan yang membuat hubungan tersebut jauh dari kata harmonis.
Bagaimana kalau persoalan itu pasal kesenjangan? Kesenjangan yang merupakan jalan dari ketetapan semesta. Berlinang harta ialah yang pantas dipandang mata. Ya, siapa yang tidak bisa untuk tidak melirik kepada sesuatu bernama 'harta'?
Kehidupan sebagai seorang remaja harusnya berjalan dengan apik. Belajar, berkumpul dengan keluarga, bermain bersama teman, begitu seharusnya. Namun, karena persoalan tadi, seorang gadi bernama Indira tidak bisa merasakan manisnya masa remaja. Dia dipaksa tunduk kepada waktu dan keadaan, dan dia melakukannya dengan patuh.
Seseorang ingin mendekat, Indira menciptakan sekat. Seseorang yang lain sudah dekat, tetapi ternyata sekarat.
-Tabula Rasa
" 'Lauhul mahfudz' antara qobiltu atau innalilahi, antara kita dan malaikat izrail, antara kapan dan kafan, dan antara Ar Rahman dan yasin"
Menceritakan tentang Afhia Latifah Az-Zahra yang harus masuk pesantren dan di jodohkan dengan anak pemilik pesantren yang bernama Muhammad Zayyan Al Malik. Seorang Fhia yang berjuang karna mengidap penyakit tanpa sepengetahuan keluarga dan temannya kecuali sang adik ipar, Fhia yang harus mengetahui bahwa suaminya mencintai wanita lain, seorang Fhia yang berjuang mendapatkan cinta sang suami.
Akankah Fhia bisa meluluhkan hati suaminya?
Dan akankah Fhia bisa sembuh dari penyakitnya?
"Mungkin ada kata sulit untukku mencintaimu. Jika aku tidak melibatkan Allah dalam perjalananku"
-Muhammad zayyan al-malik-
"Apa mungkin tidak akan ada kata pantas untukku bersanding denganmu"
-Afhia Latifah Az-Zahra-