Kegagalanku dalam memulai mimpi bersamamu berujung trauma yang hingga kini masih kupikirkan menjelang tidur, menjelma dalam insomnia ditemani malam yang tersedu-sedu. Aku kalah. Aku mengaku kalah di dalam permainan pertaruhan rasa. Pertaruhan rasa yang kuawali sendiri tanpa acuh kepada mula yang tak baik yang tentu saja tak bisa membawaku kepada akhir yang kuharapkan. Yang bisa aku lakukan waktu itu hanyalah mengulur waktu untuk berbahagia bersamamu, setidaknya sedikit lebih lama lagi walaupun akhirnya kita -atau hanya aku saja- tidak bahagia. Sesalku masih ada sampai sekarang, asal kamu tahu. Tapi jika tak bertemu denganmu mungkin aku akan lebih dari pada arti sesal yang sekarang, karena pernah melaju bersamamu melawan angin malam yang menjelang subuh sambil bergandengan tangan adalah salah-satu bagian terindah dalam masa 23 tahunku yang mungkin akan terkenang seumur hidup walaupun aku sendiri berdoa semoga bisa tak ber-pilu ria saat mengenang kita yang pernah. Maka dari itu sebelum habis masa sedihku memikirkanmu, aku menulis cerita ini untuk kita yang pernah bertemu secara singkat dan kuharap saat membaca ini di hari yang lain, tak ada air mata rindu yang mengalir.All Rights Reserved
1 part