❝There is only one thing that makes a dream impossible to achieve: the fear of failure.❞ -Paulo Coelho Kata mereka, masa remaja adalah masa dimana puan mengalami proses panjang agar menjadi kesatuan yang lebih utuh lagi. Tapi bagi Jihan, masa remaja itu temaram. Ia memiliki tekanan yang tidak dimiliki orang lain, sebuah tekanan yang menuntun Jihan untuk jauh dari kebebasan. Hingga di suatu sore, Jihan memiliki banyak keberanian untuk bicara lantang, "Pulang aja, ya. Capek." Pulang yang berbeda, pamit yang berbeda. Bukan ke rumah yang sekarang, melainkan rumah yang ia rasa bisa membuat tenang dan lupa akan segala hal. Ke rumah yang lestari, juga diisi oleh pancarona alih-alih warna monokrom. Jalan menuju titik kebahagiaan itu panjang dan rumit. Dimuat oleh beragam batu penarung dan tabir penghalang, dipersembahkan dari Tuhan untuk mengajarkan apa itu langkah awal dan definisi berjuang. "Jangan pulang dulu, berjuang." Berjuang, berjuang, berjuang. Tapi ada saatnya, manusia memiliki titik terlemah dalam hidup. Usianya masih muda, delapan belas tahun. Tapi Jihan rasa, usia itu sudah cukup menjadi akhir dari segala perjuangan. --- Cerita Sandikala : Elegi Sebuah Asa [Trigger warning] mental illness, sexual harassment, physical abuse, selfharm Start : 8 Agustus End : - © evocalins, 2021
53 parts