"Rhe, gua di depan."
"DEMI APA JARVAS GUA LAGI MASKERAN!"
***
Jarvas Kanigara, mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Nusantara. Anak band, major di gitar.
"Kenapa masuk FK?"
"Karena...prospek kerjanya bagus. Jadi dokter." Cowok dengan tinggi badan di atas rata-rata populasi manusia Indonesia itu nyengir kuda, "dan sebagai informasi tambahan, cita-cita gua adalah sebagai dokter yang bisa main gitar."
"Apaan, sih, nggak nyambung."
***
Rhea Lysandra Latif, mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Nusantara. Organisator, orang sibuk.
"Kenapa masuk Psikologi?"
"Biar bisa berobat jalan." Rhea menjawab cuek sembari mengaduk-aduk es the di gelas besar dengan sedotan, "dan sebagai informasi tambahan, di psikologi gua belajar mengendalikan emosi negatif gua setiap berhadapan sama lu."
"Waw, so sweet."
"Mau marah, tahaannnnn."
Hanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens.
"Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gue, rotinya yang enak banget atau emang gara - gara dari orang special?" Mahes bertanya sambil menatap tepat pada mata Aira.
"Eh.. Tuan mau?" Aira mengerjapkan matanya.
"Mau, gue mau semuanya!" Mahes merebut bungkusan roti yang masih berisi banyak, kemudian langsung membawanya pergi. Aira reflek mengejar Mahes.
"Tuan kok dibawa semua? Aira kan baru makan sedikit," Aira menatap Mahes dengan raut memelas.
"Mulai perhitungan ya lo sekarang sama gue."
"Enggak kok, tapi kan rotinya enak, Aira masih mau lagi," Aira berkata dengan takut-takut.
"Ga boleh!" Mahes langsung melangkahkan kakinya ke arah tangga menuju kamarnya. Aira langsung cemberut menatap punggung Mahes yang mulai jauh.
Cerita dengan konflik ringan